Catatan Perjalanan ke Tiongkok saat Pandemi (9): Swab Greges

Catatan Perjalanan ke Tiongkok saat Pandemi (9):  Swab Greges

Penumpang kereta api mengantre untuk swab test di Stasiun Taizhou-Foto: Novi Basuki-Harian Disway-

SAYA pikir, setelah dibebaskan dari karantina tidak akan ada swab lagi. Saya sudah bosan mangap untuk diambil sampel lendir dari kerongkongan.

Ternyata tidak. Untuk bisa naik kendaraan umum, harus ada bukti swab maksimal 48 jam sebelum keberangkatan.

Tapi yang paling repot bukan itu. Melainkan QR code kesehatan yang harus pakai nomor HP Tiongkok. Meskipun QR code kesehatan ini terdapat di WeChat, tapi membutuhkan nomor HP untuk verifikasinya.

BACA JUGA:Catatan Perjalanan ke Tiongkok saat Pandemi (8): Hari Pembebasan

Jelas kami tidak sempat membeli kartu HP. Soalnya, begitu mendarat, kami sudah langsung digiring ke pusat karantina. Pun di pusat karantina, kami tidak bisa membeli barang-barang dari luar. Kalau pun bisa menyuruh teman Tiongkok untuk belanja dan dipaketkan, tetap tidak bisa membeli SIM card –karena wajib menggunakan kartu identitas asli penggunanya. 

Begitulah, untuk urusan kartu telepon saja, di Tiongkok ruwetnya minta ampun. Mungkin inilah mengapa sering ada berita dicokoknya sindikat penipuan siber dari Tiongkok yang beraksi di Indonesia. Maklum, beli kartu seluler di Indonesia sudah seperti beli gorengan gampangnya.

Akhirnya kami minta bantuan Mr Wang untuk mendaftarkan QR code kesehatan kami pakai HP-nya.

Satu akun QR code kesehatan bisa dipakai untuk mendaftarkan maksimal lima orang. Berarti, akun QR code kesehatan Mr. Wang cukup untuk mendaftarkan kami berempat.

Masalahnya, untuk mendaftarkan QR code kesehatan kami, kami harus melakukan video selfie dengan HP yang digunakan untuk mendaftarkan QR code kesehatan itu. Video selfie hasil rekaman dari HP lain tidak bisa di-upload ke sistem. 

Mr Wang jelas tidak boleh masuk ke pusat karantina untuk alasan apapun. Padahal, tiket kereta cepat dari Fuzhou ke Taizhou harus segera di-booking. Sedangkan untuk mem-booking itu, harus menyertakan QR code kesehatan. Kalau menunggu kami keluar karantina dulu, khawatir tidak kebagian tiket –sementara waktu makin mepet.

Benar-benar lingkaran setan.

Saya terus berkomunikasi dengan Mr Wang untuk memikirkan jalan keluarnya. Saya percaya, orang yang kepepet pasti akan makin cerdik dan sat-set.

Ternyata benar. Mr Wang menemukan cara mengakalinya. Dan berhasil. Kami mendapatkan QR code kesehatan kami masing-masing yang tergabung dalam QR code kesehatan Mr Wang di WeChat-nya.

Cara mengakalinya bagaimana; biar saya, Mr. Wang, dan Tuhan saja yang tahu. 

Sumber: