Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (79): Spirit Xichou Gempur Gunung Batu

Senin 10-11-2025,15:01 WIB
Reporter : Doan Widhiandono
Editor : Noor Arief Prasetyo

BACA JUGA:ITCC Lepas 250 Calon Mahasiswa ke Tiongkok, Gelar Sharing Session Knowledge is Power Bersama Dahlan Iskan

BACA JUGA:Kilauan Emas Kuno: Pameran Baru Ungkap Sejarah Panjang Seni Emas Tiongkok

Kehidupan ekonomi ikut berputar. Kiwi dan jahe menjadi komoditas yang melimpah. Warga juga bisa menanam sayur yang bisa memenuhi kebutuhan pasar kota Wenshan.

Apakah tidak diekspor?

’’Belum. Masih untuk kebutuhan lokal. Tapi, itu ide bagus,’’ ucap seorang pejabat Xichou kepada saya.

Pendapatan per kapita yang dulu hanya beberapa ratus yuan pun naik berlipat-lipat. Anak-anak tak lagi berjalan kaki berjam-jam ke sekolah. Akses terbuka. Jalan setapak dan berbatu sudah menjadi aspal.

Namun yang paling menarik dari kisah Xichou bukan sekadar hasilnya. Melainkan cara mereka mencapainya. Perubahan itu tidak lahir dari kebijakan satu arah. Yang tampak adalah gotong royong.


PERBEDAAN WAJAH Xichou pada 1991 dan 202. Pemandangan menjadi hijau.-Doan Widhiandono-

Itulah yang diabadikan dalam museum yang kami kunjungi. Ada patung warga menggempur batu. Bahkan, Xichou Spirit diwujudkan dalam gerakan tangan mengayun seolah akan menghancurkan batu. Setidaknya, itu gerakan yang harus kami lakukan saat berfoto bersama.

Kini, dua puluh lima tahun setelah “ledakan pertama”, wajah Xichou nyaris tak bisa dikenali. Di tengah lembah yang dulu gersang, berdiri lahan pertanian yang luas.

Bagi siapa pun yang berkunjung ke Xichou hari ini, pemandangan hijaunya mungkin menipu: seolah alam sejak awal memang berpihak. Padahal, setiap hamparan sawah di sana adalah hasil dari ribuan cangkul dan martil.

Xichou Spirit bukan tentang romantisme pembangunan. Melainkan tentang manusia yang memilih melawan nasib alaminya dengan gempuran kerja keras.

BACA JUGA:Zhao Qiubao, Kisah Inspiratif Tunanetra yang Menjelajah Tiongkok

BACA JUGA:Tiongkok Targetkan Pasar Domestik Jadi Mesin Pertumbuhan Ekonomi

Dari situ, Tiongkok menunjukkan satu lagi pelajaran besar: bahwa pembangunan bukan selalu tentang modal atau kebijakan besar. Melainkan tentang keberanian kolektif untuk percaya, bahkan pada tanah yang dulu dikatakan “tak layak huni.” (*/bersambung)

 

Kategori :