BACA JUGA:Pameran Sketsa Nusantara di Surabaya, Inspirasi Seniman Muda dari Sketsa Kota Lama
Di Gedung Singa, Berlage berkolaborasi dengan Joseph Mendes da Costa untuk membuat patung singa dan Jan Toorop untuk membuat mozaik porselen. Patung singa dan mozaik porselen itu berada di fasad bangunan.
Mozaik porselen yang diaplikasikan pada Gedung Singa diproduksi di pabrik Rozenburg, Den Haag, Belanda. Sosok di bagian tengah memiliki sepasang sayap yang membentang.
Pada sisi kanan, terdapat gambar perempuan pribumi sedang menggendong bayi. Di sisi kirinya, si bayi dan ibu bertampang bule.
Kedua gambar wanita di bagian kanan dan kiri itu menunjukkan prioritas dan kedudukan yang berbeda antara golongan pribumi dan orang Eropa pada masa itu.
BACA JUGA:Rayakan Imlek, Pemkot Surabaya Gelar Kya-Kya Chunjie Fest 2025
BACA JUGA:Kya-Kya Ditata Ulang, Kabel Listrik Bakal Ditanam Biar Rapi
Gedung Singa yang tersohor karena ada patung singa bersayapnya itu melambangkan Santo Marcus dalam ajaran Katolik. Selain itu, singa juga lambang Kerajaan Belanda.
“Semoga Gedung Singa nantinya bisa terbuka untuk umum. Ini merupakan bangunan menarik peninggalan kolonial. Masyarakat diharapkan bisa lebih peduli dengan kebersihan dengan tidak membuang sampah ke area itu,” tutupnya. (*)