Salah satu ikon Kaifeng adalah Along the River During the Qingming Festival, lukisan karya Zhang Zeduan dari Dinasti Song.
Lukisan itu menampilkan hiruk pikuk kota pada masa Qingming. Seperti pemandangan pasar, jembatan, kapal, dan warga yang beraktivitas tergambar detail. Lukisan itu menjadi rujukan rekonstruksi kehidupan masyarakat pada era itu.
Di Millennium City Park, lukisan tersebut dihidupkan menjadi taman tematik berskala penuh. Pengunjung seakan masuk ke dalam gulungan lukisan Song.
BACA JUGA:Emas, Perunggu, dan Misteri Kuno Sanxingdui, Jejak Peradaban Besar dari Tanah Shu
Mereka menjadi “tokoh” yang larut dalam kisah: menaiki kapal pengangkut gandum, menonton atraksi akrobat jalanan, hingga mencicipi hidangan Song di restoran tradisional.
Salah satu atraksi paling populer adalah tradisi melempar bola sulam untuk memilih “menantu”. Wisatawan yang menangkap bola itu secara simbolis dianggap menjadi menantu kehormatan keluarga Song. Itulah pengalaman unik yang memantik tawa dan keceriaan.
Saat malam tiba, panggung raksasa di atas danau bercahaya menjadi arena pertunjukan luar ruang. Menghadirkan lebih dari 700 penampil.
Puisi para maestro penyair Song dipadukan dengan musik, tari, dan drama. Menggambarkan kejayaan era tersebut dalam pertunjukan yang memukau.
BACA JUGA:Yimakan, Seni Lisan Bangkit Kembali dari Timur Laut Tiongkok
BACA JUGA:Penampilan Kuartet Juilliard di Tianjin Jadi Simbol Pertukaran Harmonis Budaya Tiongkok-AS
Jejak Peradaban di Sepanjang Sungai Kuning
Anyang, Luoyang, dan Kaifeng. Selain sebagai wisata, ketiganya merupakan koridor waktu. Di dalamnya, setiap orang dapat menelusuri jejak peradaban Tiongkok dari masa ke masa.
Tiga kota kuno itu membentuk alur emas sejarah. Tiap kota membuka jendela berbeda menuju era yang membentuk identitas dan budaya bangsa.
Perjalanan menyusuri Sungai Kuning sama saja dengan menyentuh denyut nadi peradaban. Denyut yang terus berdetak hingga hari ini. (*)