Basasing Unair Rayakan Dies Natalis ke-36, EDSA DAY Tampilkan 5 Era Sejarah Bahasa Inggris Lewat Penampilan Drama

Selasa 02-12-2025,07:30 WIB
Reporter : Nazwarahma Hannum Prasetya*
Editor : Guruh Dimas Nugraha

Penampilan pertama dipersembahkan oleh kelompok mahasiswa kelas B. Membawakan drama Inggis lawas berjudul Tristan and Isolde. Drama bergenre romantis magis itu menjadi pembuka yang epik.

"Instrumennya, lagunya, aktingnya, dekornya, pronounce-nya, gacor banget! Kayak balik ke zaman dulu," ujar Elsa Revinna, salah seorang penonton. 

BACA JUGA:Disway Mandarin Debate and Speech Competition 2025, Booth FIB UNAIR Beri Bocoran Rencana Program Studi Terbaru, Bahasa dan Sastra Tiongkok

BACA JUGA:Kunjungan FIB Unair ke Universitas Hamburg, Jerman: Merealisasikan Kerja Sama Program Double Degree

Penampilan dilanjutkan oleh kelas D. Membawakan naskah adaptasi Robin Hood. Namun, alih-alih menceritakan kisah si Robin Hood, drama era middle English itu menyoroti kehidupan lewat perspektif tokoh the Little Man, sobat karib Robin Hood. Ia merasa selalu berada di bawah bayang-bayang kawannya.

Selanjutnya, drama era early modern English dipersembahkan oleh kelas C. Membawakan naskah medeka sendiri yang berjudul Thee, Thou, and Dude. 

Penampilan itu mengisahkan tokoh Henry yang tanpa disangka dirasuki roh sastrawan dunia, William Shakespeare.

Drama itu dibungkus dengan genre komedi. Gelak tawa penonton terdengar di banyak adegan dalam drama berdurasi sekitar 20 menit itu. Penampilan mereka pun meraih penghargaan "The Most Creative Performance".

BACA JUGA: BEM FIB UNAIR dan ILMIBSI Gelar SORAYA Edisi Kedua

BACA JUGA:Musikalisasi Puisi Ramaikan Pestra FIB Unair


Potret penampilan drama berjudul Totally Not Cabarey oleh kelas E-Nazwarahma-HARIAN DISWAY

Penampilan keempat adalah drama berjudul Totally Not Cabaret. Menggambarkan kehidupan Barat di era late modern English.

Dengan berlatar klub malam, kelompok mahasiswa kelas E itu menyoroti bagaimana cara masyarakat sebuah kota menghindari fenomena kebangkitan Nazi Jerman.

Caranya adalah menyajikan lagu-lagu bervolume kencang, tari-tari abstrak emosional, dan gemerlap lampu yang menyilaukan mata.

Ada salah satu adegan mengharukan. Itu terjadi ketika tokoh Herr Schultz pamit pada istrinya. Ia memutuskan untuk menghadapi kenyataan.

BACA JUGA:Dies Natalis ke-71 FK UNAIR, DVE Edukasi Masyarakat soal Kulit dan AIDS dalam Fit for Medicine

Kategori :