“Penjelasan ini bukan untuk menutup kemungkinan adanya praktik ilegal di balik temuan kayu tersebut, tetapi untuk memperjelas sumber-sumber yang sedang kami telusuri dan memastikan bahwa setiap unsur pembalakan liar tetap ditindak,” ujarnya.
Kementerian mencatat bahwa sepanjang 2025, tim penegakan hukum telah mengungkap sejumlah kasus pencucian kayu di wilayah yang terdampak banjir.
Di Aceh Tengah, misalnya, penyidik menyita 86,6 meter kubik kayu ilegal pada Juni.
Di Solok, Sumatra Barat, aparat mengamankan 152 batang kayu beserta dua ekskavator dan satu buldoser pada Agustus.
Pada Oktober, operasi gabungan di Kepulauan Mentawai dan Gresik mengungkap lebih dari 4.600 meter kubik kayu yang terkait dengan izin bermasalah.
BACA JUGA:Kepala BNPB: Korban Meninggal Dunia Akibat Banjir di Aceh, Sumut dan Sumbar Jadi 303 Jiwa
BACA JUGA:PGN Salurkan Bantuan Darurat untuk Korban Banjir Sumatera Utara dan Aceh
Kasus lain di Sipirok, Tapanuli Selatan, melibatkan empat truk yang mengangkut 44 meter kubik kayu dengan izin beku.
“Kejahatan kehutanan kini jauh lebih kompleks. Kayu dari kawasan lindung bisa ‘dicuci’ menjadi seolah-olah legal dengan memalsukan atau meminjam dokumen PHAT. Karena itu, kami tidak hanya menindak pembalak liar di lapangan, tetapi juga menelusuri dokumen, rantai pasok, hingga aliran keuangannya,” ujar Nugroho.
Penampakan Dampak Banjir Bandang di Salareh Aia Kabupaten Agam Sumatra barat -Uni Intan-Facebook
Sebagai langkah pencegahan, KLHK telah memberlakukan moratorium pada sistem dokumentasi kayu SIPuHH untuk izin hak atas tanah di kawasan non-hutan, guna menutup celah penyalahgunaannya untuk mengedarkan kayu ilegal.
BACA JUGA:Ini Alasan Banjir dan Longsor di Sumatera Belum Ditetapkan sebagai Bencana Nasional
BACA JUGA:Terkuak! Penyebab Banjir Bandang di Sumatera, Pakar ITB Bilang Begini...
Lonjakan Korban di Tiga Provinsi
Kepala Pusdatin BNPB Abdul Muhari menegaskan bahwa data korban diperbarui secara real time. “Data yang tampil adalah data terupdate,” ujarnya.
BNPB merinci sebaran korban jiwa di tiga provinsi utama di Sumatra:
- Aceh: 156 meninggal, 181 hilang, 1.800 luka.
- Sumatra Barat: 165 meninggal, 114 hilang, 112 luka.
- Sumatra Utara: 283 meninggal, 169 hilang, 613 luka.
BNPB juga mencatat sedikitnya 2.600 warga luka-luka, serta kerusakan fisik yang meluas:
- 3.500 rumah rusak berat.
- 4.100 rumah rusak sedang.
- 20.500 rumah rusak ringan.
- 271 jembatan terdampak.
- 282 fasilitas pendidikan rusak.