Pengalaman Whani Darmawan menjadi Juri Akhir FFI 2025 Puspawarna Sinema Indonesia: Mengalami, Mengamati, Mengkritisi

Selasa 02-12-2025,10:13 WIB
Reporter : Indria Pramuhapsari
Editor : Indria Pramuhapsari

HARIAN DISWAY - Nama Whani Hari Darmawan tidak asing di telinga penggemar film tanah air. Aktor yang juga aktif di panggung pertunjukan itu menjadi bagian dari tim Dewan Juri Akhir (DJA) Festival Film Indonesia (FFI) 2025, Puspawarna Sinema Indonesia

“Saya menjadikan ini sebagai bagian dari pembelajaran untuk bisa menyimak film secara kritis,” ungkap Whani tentang kesediaannya menjadi juri akhir kategori film cerita panjang.

Dalam wawancara dengan Harian Disway pada Sabtu, 29 November 2025, lelaki kelahiran Jogja itu mengatakan bahwa menjadi juri akan melengkapi perjalanannya sebagai insan film.

“Ini bukan lagi mengalami alias syuting, tapi mengamati,” katanya tentang menjadi juri. Sebenarnya, Whani pernah dipanggil untuk menjadi juri beberapa tahun lalu, tapi karena kesibukannya, ia terpaksa tak menyanggupinya. 

BACA JUGA:Pengalaman Nungki Kusumastuti menjadi Juri Akhir FFI 2025 Puspawarna Sinema Indonesia: Rawat Kesempatan dengan Konsistensi

BACA JUGA:Jaga Tradisi, Gerakkan Inovasi, Whani Darmawan Raih Anugerah Kebudayaan DIY 2025

Tahun ini, Whani bergabung dengan delapan juri lainnya. Selain Nungki Kusumastuti, pelakon lain yang menjadi tim DJA adalah Titi Radjo Padmadja.

Enam juri lainnya adalah Allan Sebastian (pengarah artistik), Cesa David Luckmansyah (penyunting gambar), Dewi Umaya (produser), Nurman Hakim (akademisi dan sutradara), Salman Aristo (sutradara dan penulis), dan Yunus Pasolang, I.C.S. (sinematografer). 

Sebagai juri akhir, Whani bertugas menilai film-film yang menjadi nominasi. Sebanyak 16 film yang wajib ditonton oleh DJA itu cukup beragam genrenya. “Kalau soal ini, saya memahaminya sesuai tema, puspawarna,” katanya.

Tentu saja, DJA tidak akan selalu bisa menyenangkan semua orang. Kendati demikian, masing-masing juri memegang teguh komitmen dan integrasi dalam bertugas.


WHANI DARMAWAN anteng di tangan penata rias untuk produksi film horor beberapa waktu lalu.--Instagram/Whani Darmawan

BACA JUGA:Reza Rahadian dan Persembahan Cintanya untuk Perempuan lewat Pangku: Empat di BIFF, Empat di FFI

BACA JUGA:Ulasan Film Pangku Karya Reza Rahadian: Memangku Hidup yang Tak Boleh Membeku

“Saya memang punya latar belakang aktor. Namun, saat pembahasan tentang akting dan kualitas pelakon yang menjadi nominasi, saya tidak kemudian mendominasi. Ya bersikap tahu diri lah,” papar Whani.

Sebagaimana ia memaknai tiap peran sebagai panggilan jiwa, pemeran Darsam dalam Bumi Manusia itu pun mempertanggungjawabkan sepenuhnya posisinya sebagai juri.

Ia tidak mau setengah-setengah menjalankan kewajibannya. Menonton film, berdiskusi, dan pleno, dijalaninya dengan maksimal. Maka, keputusan DJA adalah juga keputusan Whani. 

“Bahwa ada suara lain jauh dari meja juri yang mempertanyakan, itu soal lain,” ungkapnya. Ia menganggap suara miring atau ketidakpuasan atas keputusan DJA adalah bagian dari proses penjurian. Sama seperti sistem penilaian dan awarding di negara-negara lain yang terus berproses, FFI pun demikian.

BACA JUGA:Bawa Teater Tari The Wounded Cuts ke Rumah Banjarsari, Whani Dharmawan Refleksikan Pencarian Jati Diri

BACA JUGA:Tiga Buku Whani Dharmawan Dibahas dalam Acara Merayakan Permainan Tunggal

Whani yang menerima Anugerah Kebudayaan DIY 2025 kategori Upakarya Budaya pada Senin, 1 Desember 2025, bukanlah sosok yang alergi pada proses.

Karena itulah, ia melakoni semua peran dengan komitmen yang sama, kendati kadang yang mampir bukanlah peran besar.

Prinsip itu pula yang membuat owner Omah Kebon Nitiprayan itu tampil dalam banyak genre film. Mulai dari drama, laga, hingga horor. 

“Seni hendaknya berselaras dengan hidup,” ungkapnya menjelang penganugerahan di Bangsal Kepatihan, Kompleks Kepatihan Yogyakarta, pada Senin pagi.

BACA JUGA:Sinopsis Danyang Wingit Jumat Kliwon, Celine Evangelista Jadi Tumbal Dalang Sesat

Kategori :