SAYA suka baca tulisan senior saya, Dhimam Abror Djuraid. Khususnya topik politik dan jurnalistik. Namun, saya tak selalu setuju isinya.
Beliau cukup menguasai. Banyak referensi. Maklum, ia wartawan. Sekaligus intelektual.
Jam terbang Pak Abror sangat tinggi. Pernah menjadi pemimpin redaksi tiga media: Jawa Pos, Surya, dan Suara Indonesia. Atau, mungkin masih ada lagi.
”Wah, ngala-ngalahi politisi,” kata saya kepada Pak Abror suatu ketika. Beliau tersenyum.
BACA JUGA:Kiai Mif vs Gus Yahya di Pusaran Konflik PBNU
BACA JUGA:Surat Terbuka Kiai Imam Jazuli ke Gus Yahya: Jiwa Besar Santri akan Manut Kiai
Namun, ketika menulis tentang NU, Pak Abror bias. Tidak hanya tak menguasai, tetapi juga tak paham perkembangan NU. Mungkin karena beliau outsider. Bukan orang NU. Beliau kader Muhammadiyah tulen.
Ah, bukankah para sarjana Barat juga banyak menulis tentang NU? Apa salahnya. Memang. Namun, mereka menulis NU berdasar penelitian. Martin van Bruinessen, misalnya. Ia berpuluh tahun meneliti NU. Antropolog dan sosiolog asal Belanda itu tidak hanya menulis tentang NU. Tetapi, juga membahas kitab kuning, sufisme atau tarekat, dan tradisi pesantren lainnya. Berdasar penelitian. Otomatis karya-karyanya secara ilmiah otoritatif.
Bruinessen juga intens mengikuti perkembangan NU. Termasuk mengikuti acara-acara Gus Dur. Sedemikian intensnya sampai bersyahadat. Masuk Islam.
BACA JUGA:Hasil Pertemuan Para Kiai: Tak Ada Pemakzulan terhadap Kepengurusan PBNU
BACA JUGA:Mobil Mewah Kiai
Begitu juga Andree Veillard (Prancis), Greg Fealy (Australia), Robert W. Hefner (Amerika Serikat), Greg Barton (Australia), dan Mituso Nakamura (Jepang) –untuk menyebut berapa nama saja. Mereka menulis berdasar penelitian. Paling tidak, berdasar informasi yang valid dan memadai.
Ada dua hal yang janggal dari tulisan senior saya, Dhiman Abror, berjudul Kiai Mif vs Gus Yahya di Harian Disway, Sabtu, 29 November 2025.
Pertama, soal KH As’ad Syamsul Arifin mufaraqah dari Gus Dur. Memang beberapa tahun setelah Muktamar Ke-27 NU 1984 di Situbondo, muncul berita di media massa sangat heboh: Kiai As’ad mufaraqah dari kepemimpinan Gus Dur sebagai ketua umum PBNU.
BACA JUGA:Menjaga Marwah NU ala Gus Dur: Keberanian Moral di Atas Segala Kepentingan