Kisah Pedagang Masker di Pengujung Pandemi

Kisah Pedagang Masker di Pengujung Pandemi

DERETAN masker yang dipajang di salah satu kios di Pusat Grosir Surabaya, Rabu,18 Mei 2022-Faisal Pamungkas -Harian Disway-

SUDAH tiga hari kebijakan copot masker bergulir. Presiden Joko Widodo menilai pandemi Covid-19 sudah sangat terkendali di semua wilayah. Masyarakat boleh tidak pakai masker di luar ruangan. Bagaimana nasib pedagang masker?

---

BANYAK yang lega akhirnya bisa lepas dari masker di area terbuka. Kehidupan bisa normal kembali.  Namun kebijakan presiden itu berdampak pada pedagang masker yang banyak bermunculan bak jamur di musim penghujan. Sekarang sumber keuangan yang menggiurkan selama 2 tahun itu bakal meredup.

Salah satu pedagang masker asal Driyorejo Gresik Widya Sari menjadi pedagang masker skala besar. Bahkan bisa jadi bisnis keluarga dengan jaringan yang luas. “Awal pandemi luar biasa penjualannya, sempat jual online juga,” katanyi Rabu, 18 Mei 2022. 

Rumah kakak Widya di Surabaya cukup besar. Keluarga menjadikan rumah itu sebagai  gudang stok masker. “Penjualan di online lebih banyak, tapi akhirnya stop di awal tahun ini karena melihat saingan makin banyak dan gila-gilaan banting harganya,” lanjutnyi.


Seorang pemuda di Surabaya melepas masker di area terbuka. -Faizal Pamungkas - Harian Disway-

Tahun 2021 merupakan tahun gemilang bagi Widya. Stok harian bisa mencapai 100 sampai 150 karton dari berbagai merek dan jenis. 

Bahkan lewat bisnis masker, Widya bisa merekrut karyawan. Dia mulai kewalahan jika tidak ada bantuan pegawai.  Bisnisnya mulai goyang akibat harga masker yang sangat murah di pasar online.

Masker medis isi 50 pernah dijual dengan harga Rp 150 ribu di awal pandemi. Bahkan stoknya kosong di semua apotek. Kala itu tenaga kesehatan (nakes) sampai kesulitan dapat masker. 

Masker N-95 yang digunakan nakes juga mencapai Rp 2 juta per kotak. Atau dijual per biji Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu. Naik 10 kali lipat dari harga sebelum pandemi. Kini masker medis standar itu bisa dibeli dengan harga Rp 7.500 per biji.

Pedagang masker harus banting harga. Bahkan beberapa market place menawarkan promo murah: masker Rp 1 per biji. Itu sudah termasuk promo bebas ongkos kirim.

Kini Widya harus mencari sumber pendapatan lain. Kebijakan melepas masker bakal merusak harga pasaran hingga di bawah harga distributor. "Lihat saja di jalan besar dan mal. Kita bertemu orang nggak pakai masker sudah biasa,” kata Widya ditemui di tokonyi.

Tidak ada sanksi atau peringatan lagi. Polisi masker sudah tidak pernah keliling lagi.

Untung stok maskernya sudah tinggal sedikit.  Jika semua sudah habis, Widya akan berhenti  jualan masker. "Saya masih ada dagangan baju, enggak masalah kalau memang harus stop jualan masker," ucapnyi.


Mahasiswi menenteng masker melitas di depan kampus ITS Surabaya, Rabu, 18 Mei 2022. -Safitri Riyanti-Harian Disway-

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: