Diskusi Film The Science of Fictions

Diskusi Film The Science of Fictions

Oleh

Wahyudi

Member Grup Hobby Nonton

 

Sutradara The Science of Fictions Yosep Anggi Noen mengingatkan. Bahwa dalam kata fictions di judul filmnya terdapat huruf s. Yang mengindikasikan kejamaakan. Memang itulah yang hendak ditampilkan Yosep dalam film ini. Cerita mengenai kejamakan cerita yang beredar.

 

SCIENCE OF FICTIONS, atau Hiruk Pikuk si Alkisah, menceritakan kisah ala posmodernisme penuh semiotika mengenai perjalanan Alkisah di Indonesia.

Film ini mengisahkan seorang pria Siman. Pada dekade 60an, ia menyaksikan pembuatan film pendaratan di bulan. Di sebuah tempat terasing, tak berpenghuni, di kawasan Gumuk Pasir, Parangtritis, Jogjakarta. Namun, ia ketahuan. Oleh para penjaga, ia ditangkap. Dan lidahnya dipotong. Agar tidak bisa membocorkan hoax pendaratan di bulan, yang dibuat di Jogja tersebut.

Sepanjang sisa hidup, Siman tidak bisa berbicara. Namun, ia menolak diam. Ia menceritakan hal yang dilihatnya dengan caranya sendiri. Yakni dengan bergerak lambat, ala astronot dengan gravitasi rendah di bulan. Ia juga membangun set astronot sendiri. Seperti tinggal di dalam mesin cuci. Untuk menciptakan ilusi mirip pesawat luar angkasa. Terkadang, ia menari mengenakan kostum antariksawan.

HIDUP dalam mesin cuci bekas yang didandani seperti roket juga jadi bagian dari cara Siman menceritakan kebenaran versinya.

Siman diperankan oleh Gunawan Maryanto. Aktor senior itu sebelumnya juga membintangi film kritis Yosep Anggi Noen. Yakni Istirahatlah Kata-Kata, yang mengangkat perjuangan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Wiji Thukul. Gunawan memerankan sang aktivis yang hingga kini masih hilang tersebut.

Siman adalah gambaran seorang Rocketman Indonesia. Bukan soal keinginannya untuk pergi ke bulan. Tapi soal hasratnya untuk menceritakan kisahnya. Kisah Siman tertutup oleh narasi-narasi di sekitarnya. Narasi khas Indonesia yang dibuat seolah-olah benar. Karena dilanggengkan oleh penguasa melalui berbagai alat. Mulai dari media hingga aparat. Padahal belum tentu benar.

Tiap tokoh menghadirkan narasinya sendiri. Narasi yang dihadirkan oleh pihak berkuasa terhadap yang lemah. Siman sebagai yang lemah, hidup terbungkam dan gerakannya menjadi lambat.

Yosep Anggi Noen Memang memiliki penguasaan terhadap detail dan tema. Kekuatan simbolisme dipadu dengan kematangan sinematografi. Sayangnya, di situlah letak kelemahan film ini. Karena The Science of Fictions bukan film yang mudah dicerna.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: