Era Baru Paus Fransiskus
PEZIARAH BERDOA di depan jenazah Paus Emeritus Benediktus XVI di Basilika Santo Petrus, Vatikan, 3 Januari 2022.-ANDREAS SOLARO-AFP-
VATIKAN, HARIAN DISWAY - Tak bisa dimungkiri, meninggalnya Paus Emeritus Benediktus XVI membuat era kepemimpinan Paus Fransiskus menjadi berbeda. Menjadi seperti Paus-Paus sebelumnya. Yakni, tidak ada ’’dua Paus’’ dalam satu masa.
Ketika Benediktus XVI mundur pada 2013, ia langsung membuat sejarah. Tidak pernah ada Paus mundur dalam sejarah Gereja Katolik modern.
Ketika Jorge Mario Bergoglio terpilih sebagai pengganti, ia juga membuat sejarah. Banyak sejarah. Bergoglio yang kemudian menjadi Paus Fransiskus, adalah orang Amerika Latin pertama yang menjadi Paus. Juga orang dari belahan bumi selatan pertama. Plus anggota ordo (tarekat) Serikat Jesus pertama. Pun orang selain Eropa pertama sejak Paus Gregorius III, dari Syria, memimpin pada abad ke-8.
Saat itu pula tercipta sejarah baru: ada ’’dua Paus’’ yang masih hidup.
Kepemimpinan Paus memang seumur hidup. Artinya, Paus baru diangkat setelah pendahulunya meninggal. Setelah itu, para kardinal, pejabat senior rohaniwan Katolik, bersidang. Untuk memilih Paus pengganti.
Nah, pada 2013, kardinal bersidang dalam keadaan Paus Benediktus XVI masih hidup.
Ya, Benediktus XVI memang masih Paus. Masih menjadi rohaniwan tertinggi dalam struktur gereja Katolik. Masih berhak mengenakan jubah putih yang hanya dipakai seorang Paus. Bedanya, ia tidak menjalankan tugas-tugas kepausan. Maka, Benediktus XVI bukan mantan Paus, kala itu. Ia adalah Paus Emeritus. Yakni, orang yang tidak lagi aktif dalam kedinasannya tetap masih berhak menyandang gelar jabatan atau titelnya.
Pembagian itu sebenarnya clear. Paus Fransiskus dan Paus Emeritus Benediktus XVI pun baik-baik saja. Tetap menjaga hubungan personal yang begitu baik.
Tetapi, mereka memang kerap dibenturkan. Terlebih dengan diksi bahwa ada ’’dua Paus’’ di puncak Gereja Katolik.
POLISI BERPATROLI di sekitar Lapangan Santo Petrus, Vatikan, 4 Januari 2023.-FILIPPO MONTEFORTE-AFP-
’’Meninggalnya Benediktus XVI mengakhiri kesalahpahaman dan ambiguitas di Gereja. Sebab, Jozeph Ratzinger (nama asli Benediktus XVI, Red) selalu dijadikan standar oleh orang-orang yang berseberangan dengan jiwa reformis Paus Fransiskus,’’ ucap Marco Politi, pakar tentang Vatikan, kepada Agence France-Presse.
Saat pensiun, Paus Benediktus XVI berjanji akan menjalani hidup hening. Juga membaca dan kembali memperdalam ilmu tentang dogma Katolik. Tetapi, pada Januari 2020, ia menulis buku bersama Kardinal Robert Sarah, Ketua Kongregasi Ibadah Ilahi dan Tata Tertib Sakramen. Judulnya, From the Depth of Our Heart; Priesthood, Celibacy, and Crisis of the Catholic Church.
Di buku itu, Benediktus menekankan pentingnya para pastor untuk hidup selibat. Tidak menikah. Ini tidak hanya sekadar aturan gereja, tetapi ada rujukan asal-muasalnya dari kitab-kitab perjanjian lama. ’’Untuk melayani Tuhan, perlu ada pengorbanan total seorang manusia,’’ tulis Benediktus XVI seperti dikutip CBS News.
Ide hidup selibat itu sejatinya sejalan dengan pemikiran Paus Fransiskus. Tetapi, Paus Fransiskus tempat mempertimbangkan untuk membuka jalan bagi para pastor nonselibat. Yakni, memberikan hak-hak imamat untuk orang yang sudah menikah. Ini bisa menjadi solusi bagi beberapa kawasan, misalnya di wilayah Amazon, yang kekurangan pastor.
Kehadiran Paus Emeritus Benediktus XVI juga kerap dipertentangkan dengan Paus Fransiskus. Benediktus dikenal sebagai sosok konservatif tentang ajaran Gereja. Sedangkan Paus Fransiskus lebih terbuka. ’’Adanya Paus Benediktus XVI menimbulkan ketegangan bagi sebagian kalangan di masa pemerintahan Paus Fransiskus,’’ kata Politi.
Hari ini, 5 Januari 2022, Paus Benediktus XVI dimakamkan. Upacara pemakamannya pun menjadi sejarah. Yakni, untuk kali pertama seorang Paus memimpin misa pemakaman pendahulunya.
UMAT KATOLIK KOREA berdoa di depan foto Paus Emeritus Benediktus XVI dalam sebuah ibadah di Katedral Myeongdong, Seoul, 4 Januari 2023.-JANG YEON-JE-AFP-
Tetapi, situasi ’’dua Paus’’ itu bisa jadi terulang. Terlebih, Fransiskus sudah mengatakan bahwa ia bisa mengikuti jejak pendahulunya. Mundur dari kepemimpinan. Itu jika kesehatannya makin memburuk dan membuatnya tidak bisa menjalankan tugas kepausan.
’’Paus Fransiskus, jika memang mundur, harus menghindari masa ketika ada dua orang di Vatikan yang sama-sama berjubah putih dan menyandang gelar yang sama,’’ kata Bernard Lecomte, penulis buku Semua Rahasia Vatikan. (Doan Widhiandono)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: