Fenomena Cancel Culture: Dampak, Kontroversi, dan Relevansinya di Era Digital
ILUSTRASI Fenomena Cancel Culture: Dampak, Kontroversi, dan Relevansinya di Era Digital-Chintya Tuffahati Fadhilah untuk Harian Disway-
DI era media sosial dan budaya digital, cancel culture makin sering dibicarakan. Sebab, platform internet telah mengubah cara individu dalam mengekspresikan pemikiran mereka. Penggunaan internet memungkinkan siapa saja untuk membahas topik-topik yang sebelumnya kurang diperhatikan.
Namun, dengan tidak adanya mekanisme yang jelas, fenomena itu sering kali berubah menjadi peristiwa sebuah ”hukuman massal” yang dapat merusak reputasi individu atau kelompok. Artikel ini membahas dampak, kontroversi, serta relevansi cancel culture di tengah masyarakat modern.
Lalu, apa itu cancel culture?
BACA JUGA:Cancel Culture Seharusnya Pandang Bulu
Cancel culture adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tindakan memboikot atau penolakan dalam individu, kelompok, atau merek yang dianggap melakukan kesalahan atau pelanggaran sosial.
Fenomena itu sering terjadi pada platform media sosial, di mana individu dan organisasi yang ”dibatalkan” dihadapkan pada tekanan sosial yang intens dari masyarakat (Bunga Altamira & Gemala Movementi, 2023)
Fenomena tersebut bermula dari gagasan boikot yang pertama digunakan sebagai metode protes kolektif untuk menghentikan dukungan terhadap suatu individu atau institusi yang diduga melakukan kesalahan.
BACA JUGA:Dipastikan Main di Sad Tropics, Kim Seon-ho Menang Melawan Cancel Culture
Di era digital seperti saat ini, konsep itu telah berkembang menjadi fenomena sosial yang lebih besar, yang memungkinkan penyebaran kritik dan tuntutan boikot melalui media sosial lebih cepat tersebar.
Sebagai contoh, di Indonesia, tokoh-tokoh terkemuka telah kehilangan dukungan karena ucapan-ucapan yang dianggap sensitif oleh publik.
Platform seperti Twitter, Instagram, dan TikTok memiliki peran penting sebagai forum dalam mengembangkan narasi cancel culture, dengan menggunakan tagar (#) yang memudahkan untuk memobilisasi opini publik secara cepat dan membuat fenomena itu makin naik dibicarakan.
Selain itu, cancel culture mempunyai dampak yang kompleks, baik positif maupun negatif, yang memengaruhi berbagai aspek sosial.
Dampak positifnya, fenomena itu dapat mendorong tanggung jawab sosial dengan mengharuskan suatu individu atau organisasi untuk bertanggung jawab atas tindakan atau perkataan yang telah mereka perbuat dan dianggap merugikan.
Selain itu, cancel culture dapat membantu meningkatkan kesadaran kolektif mengenai isu-isu penting seperti rasisme, seksisme, dan diskriminasi sehingga dapat membuka ruang diskusi yang selama ini kurang mendapat perhatian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: