Review Like a Dragon: Yakuza, sebuah Adaptasi yang Gagal Menangkap Esensi Game

Review Like a Dragon: Yakuza, sebuah Adaptasi yang Gagal Menangkap Esensi Game

Apakah Like a Dragon bisa memenuhi ekspektasi para fans? --nichegamer

SURABAYA, HARIAN DISWAY – Adaptasi video game ke dalam serial televisi atau film sering kali mengundang ekspektasi besar, terutama bagi penggemar setia. Amazon Prime mencoba peruntungan dengan merilis Like a Dragon: Yakuza.

Sebuah adaptasi dari seri game terkenal Yakuza. Hasilnya justru mengundang perdebatan, bahkan kekecewaan. Apa yang salah?Bagi yang sudah mengenal game Yakuza, kisah Kazuma Kiryu bukan sekadar tentang aksi dan kriminalitas.

Ada sisi humor unik dan gameplay yang okus pada pertarungan tangan kosong yang brutal tapi menghibur. Sayang, serial ini justru jauh dari ekspektasi tersebut. Alih-alih menonjolkan aksi seru, yang disajikan justru drama pribadi yang terlalu berat.

Bahkan membosankan. Plotnya terkesan datar dengan minim adegan aksi ikonik yang diharapkan​. Like a Dragon: Yakuza mengambil elemen cerita dari Yakuza 0 dan Yakuza Kiwami, berlatar di dua timeline berbeda: tahun 1995 dan 2005.

BACA JUGA: 7 Film Indonesia yang Tayang selama Desember 2024

BACA JUGA: Festival Film Prancis 2024, Usung Tema Perjuangan Perempuan

Karena itu, alur cerita serial itu menjadi terlalu rumit dan cenderung sulit diikuti. Alih-alih menawarkan ketegangan, serial ini lebih sering kehilangan arah. Uniknya, ada banyak karakter yang diperkenalkan.


Salah satu adegan di awal seri Like a Dragon, dimulainya perjalanan Kiryu Kazuma sebagai Yakuza. --IMdB

Tetapi mereka kurang memiliki kedalaman emosi yang dapat mengikat penonton​. Kazuma Kiryu yang diperankan oleh Ryoma Takeuchi tampil dengan penampilan yang meyakinkan, namun naskah yang dangkal membuat karakternya terasa hambar.

Kualitas penampilan para pemain sebenarnya cukup menjanjikan, tetapi sayang, potensi mereka tidak dimaksimalkan. Salah satu keluhan terbesar adalah kurangnya adegan perkelahian yang menjadi ciri khas seri Yakuza.

Beberapa adegan aksi terasa terlalu singkat dan kurang kreatif. Ini sangat disayangkan. Mengingat Jepang dikenal dengan koreografi aksi menegangkan dan mendalam. Serial ini kehilangan elemen penting yang membuat game Yakuza begitu ikonik.

BACA JUGA: Claude Sautet, Maestro Sinema Prancis, Hadirkan Film sebagai Cermin Kehidupan

BACA JUGA: 5 Fakta Menarik Film Guna-Guna Istri Muda, Dibintangi Lulu Tobing dan Anjasmara

Meski memiliki banyak kekurangan, serial ini patut diacungi jempol dalam urusan visual. Setelan mewah, pencahayaan yang cerah, dan beberapa adegan sinematik memberikan sentuhan estetika yang memanjakan mata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: