Shibori: Kreasi Motif Jepang di Atas Kain Ramah Lingkungan

Shibori: Kreasi Motif Jepang di Atas Kain Ramah Lingkungan

SHIBORI hasil karya peserta workshop di Pable Warehouse diangin-anginkan setelah pewarnaan.-Pable untuk Harian Disway-

Jika kainnya sudah berubah warna menjadi biru, celup kembali selama 5-10 menit. Setelah itu, angin-anginkan kembali. Terakhir, bilas dengan menggunakan air bersih, buka ikatan, dan jemur kain shibori sampai kering. 

BACA JUGA:Bra Purse: Wujud Kepedulian Aryani Widagdo Creativity Nest pada Kanker Payudara

BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Fashion Educator Aryani Widagdo: Xue Hai Wu Ya

“Namun, sebelum memulai proses pembuatan motif, pewarnaan, pencelupan, dan penjemuran, sebenarnya ada tahap paling awal untuk mengelola kainnya,” ujar Christabel. Proses yang dia maksud adalah scouring (pencucian awal) dan mordanting (persiapan kain sebelum diwarnai dengan bahan kimia). 

Tujuan proses pra-workshop itu adalah supaya warnanya lebih menempel dan tidak kotor. Karena prosesnya butuh waktu semalaman, maka scouring dan mordanting dilakukan sebelum workshop digelar. 

Shibori yang merupakan teknik tradisional Jepang itu sebenarnya adalah kreasi yang bertujuan memunculkan motif tiga dimensi pada kain, sebelum pewarnaan. Sejarahnya dimulai dari penemuan kain resist-dye (tahan pewarnaan) di tempat penyimpanan benda peninggalan Kaisar Shōmu. 

Penduduk Arimatsu, Nagoya, terus mengembangkan teknik tersebut sampai lahir gaya mereka sendiri. Arimatsu pun kemudian dikenal sebagai pusat lahirnya shibori. Dulu, motif itu disukai oleh para bangsawan.

BACA JUGA:Memadukan Sejarah Kerajaan Indonesia dan Wastra dalam UNAIR Berkain

BACA JUGA:Perjuangan Perempuan di Balik Kain, Pameran Wastra Nusantara Koleksi KCBI

Seiring berjalannya waktu, shibori asal Arimatsu kemudian terkenal dan para pelancong sering memesan produk tersebut.
 
“Sekarang, shibori juga banyak diminati di Indonesia,” kata Veni Rosita, owner Rosita Batik Shibori, kepada Harian Disway Selasa, 11 November 2025.

Perempuan yang juga aktif memberikan pelatihan shibori dan menggelar pameran berbagai skala itu menyebut tren bisnis shibori positif.

“Peminatnya dari Bali, Jawa, sampai Bangka Belitung. Bahkan, kami pernah menjual produk hingga ke mancanegara,” ungkapnya.

BACA JUGA:Komunitas Cinta Berkain Indonesia, Lestarikan Wastra Nusantara

BACA JUGA:Jamu Iboe Dorong Pelestarian Kebiasaan Minum Jamu di Acara Wastra-Rasa Nusantara

Veni pernah mengirimkan karyanya ke Florida di Amerika Serikat (AS) dan Yunani. Dia bahkan menjadi pemasok untuk toko yang berlokasi di Singapura. Prospek bisnis shibori, menurut pengrajin yang konsisten menggunakan pewarna alami untuk produknya itu, cerah.

“Mulai ibu-ibu PKK, remaja putri, sekolah desain yang belajar mengolah kain, pengrajin lokal, hingga pengusaha muda sudah bisa melihat shibori sebagai peluang ekonomi sekaligus seni budaya,” tandas Veni. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: