Jangan anggap remeh warung di Jalan Prapen 22, Surabaya itu. Warung Mbah Cokro itu menjadi pusat kegiatan muda-mudi yang punya kepedulian di tengah pandemi Covid-19. Dimotori Indra Surya Purnama, mereka membentuk Komunitas Cokro Bergerak. Apa saja aktivitas para patriot ini?
---
TIAP pagi hingga sore, warung Mbah Cokro pasti sibuk. Para pemuda membawa keranjang berisi bahan-bahan makanan dan minuman. Para pemudi memasak. Olahan makanan diletakkan dalam bungkusan-bungkusan. Sedangkan minuman diletakkan dalam wadah plastik.
Semenjak pandemi, pemandangan semacam itu menjadi hal biasa bagi masyarakat sekitar, tapi sekaligus selalu dinanti-nantikan. Tiap sore anak-anak muda di warung Mbah Cokro itu membagi-bagikan makanan dan minuman itu kepada masyarakat, utamanya bagi para pengguna jalan.
DAPUR UMUM Cokro Bergerak, tempat memasak makanan untuk dibagi-bagikan setiap hari. (Foto: Dok. Cokro Bergerak)
Para pemuda itu tergabung dalam kelompok Cokro Bergerak. Mereka menjadikan warung Mbah Cokro sebagai basecamp. Gerakan mereka adalah gerakan berbagi demi kemanusiaan.
Penggagas kelompok tersebut bernama Indra Surya Purnama. “Pada 2019, saya sering nongkrong bersama para kawan di warung Mbah Cokro. Tercetus ide untuk membuat gerakan kepedulian dan kesenian. Saya menawarkan pada kawan-kawan. Ternyata antusias,” ujarnya.
Sebelum pandemi, Cokro Bergerak aktif menyelenggarakan kegiatan kesenian. Di warung itu mereka pentas teater, tari, maupun musik. Mereka juga bekerja sama dengan para petani-petani dari berbagai daerah di Jawa Timur, terkait pendistribusian dan penjualan hasil pertanian. “Dijual di warung Mbah Cokro. Hasilnya lumayan. Dua ton terjual dalam tiga hari,” ungkapnya.
Ketika 2020 saat pandemi tiba, otomatis segala kegiatan kesenian ditutup. Warung hanya boleh buka pada jam-jam tertentu. Banyak masyarakat yang terdampak Covid-19, sehingga membuat Indra berinisiatif untuk melakukan kegiatan peduli sesama bersama Cokro Bergerak.
Awal pandemi, Indra dan kawan-kawan membagi-bagikan mainan, susu anak, dan sembako. Selain itu mereka juga sempat melakukan gerakan kepedulian lingkungan. Yakni dengan membuat sumur bor di daerah Gunung Anyar demi penghijauan. Untuk mainan, susu, dan sembako, mereka membagi-bagikannya kepada anak-anak penghuni panti asuhan, warga sekitar di Sidosermo, juga pengguna jalan. Namun sasaran utama mereka adalah warga yang terdampak pandemi dan membutuhkan uluran tangan. Diskusi kerap dilakukan oleh anggota Cokro Bergerak, menentukan siapa saja yang diprioritaskan sebagai penerima bantuan. INISIATOR Cokro Bergerak Indra Surya Purnama (Foto: Dok. Pribadi)Meski pandemi melandai, Cokro Bergerak tak surut langkah untuk terus berkontribusi bagi masyarakat. Pembagian sembako dan penyelenggaraan kegiatan-kegiatan bertema kemanusiaan masih kerap dilakukan. “Terlebih ketika pandemi menghebat kembali. Kami langsung membuat dapur umum di warung Mbah Cokro,” ujar pria 27 tahun itu.
Mereka membuka kesempatan bagi orang-orang yang turut peduli untuk ikut membantu gerakan Cokro Bergerak dengan mengunggahnya di akun Instagram @cokro.bergerak. Bantuannya berupa bahan-bahan makanan untuk dibagikan, juga bahan untuk minuman hangat Tauwa yang bermanfaat bagi kesehatan. “Banyak yang merespons. Kami mendapatkan bahan-bahan itu setiap hari. Dimasak pukul tujuh pagi, dibagikan kepada masyarakat pada pukul tiga sore,” ungkapnya.
Pemberi bantuan tak hanya berasal dari kalangan pelanggan warung Mbah Cokro. Namun juga dari berbagai tempat di Surabaya. Termasuk para perwakilan berbagai komunitas, pengusaha, dan lain-lain.
Sejak ada pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) hingga sekarang, setiap hari mereka membuat 100-200 porsi makanan. Lauknya sayur, telur, tahu, dan tempe. Paling sering diolah menjadi nasi campur. “Pokoknya harus ada sayurnya. Sayur kan berguna bagi kesehatan,” ujarnya.
Sebelum dibagikan, Indra membagi Cokro Bergerak menjadi dua kelompok. Kelompok pertama membagikan makanan di depan warung Mbah Cokro. Sedangkan kelompok kedua bergerak ke daerah lain. Atau menyusuri perkampungan dan membagikannya di sana.
Tak jarang ketika proses memasak, seorang dari mereka memesan beberapa bungkus nasi untuk dibawa, kemudian diserahkan pada penderita Covid-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri (Isoman).
Selain bagi-bagi sembako, mereka juga menyediakan tanaman Sri Gading yang diletakkan di dalam sebuah botol kaca berisi air. Botol-botol itu dipajang di beberapa sudut warung Mbah Cokro. Siapa saja boleh mengambilnya. Gratis alias cuma-cuma. Tujuannya adalah untuk hiburan. Mengisi waktu dengan memelihara Sri Gading di sela pembatasan pandemi, cukup bermanfaat untuk relaksasi.