Hingga 2019, Dimaz mendapat tawaran dari Louvre Surabaya. Klub basket baru d Surabaya. Dimaz merasa tidak terikat dengan klub manapun. Situasi keluarganya sudah stabil. Anaknya tumbuh sehat. "Saya juga rindu basket," katanya.
Rupanya, saat Dimaz bergabung dengan Louvre, CLS panas. Pihak CLS mengingatkan Dimaz untuk tidak bergabung ke klub mana pun. Belakangan Dimaz baru tahu bahwa surat pengakuan utang senilai Rp 393 juta yang pernah ia teken itu ternyata tidak ada masa berlakunya. Dimaz diminta membayar uang Rp 393 juta tersebut.
Setelah tiga kali somasi, CLS akhirnya membawa kasus ini ke pengadilan. Sidang terakhir 12 Agustus lalu masih tahap pengumpulan bukti-bukti. Sidang perdata biasanya memang memakan waktu lama. Apalagi di masa pandemi, kadang-kadang sidang bisa ditunda sewaktu-waktu.
Harian Disway akan menghadirkan kisah Dimaz Muharri secara berseri. Kira-kira 40 seri. Cerita tentang anak Binjai yang sejak SD bermimpi menjadi pemain basket profesional. Cerita ini akan menjadi pelajaran bagi para pemain basket dan juga atlet di Indonesia untuk selalu memperhatikan kontrak. (Tomy C. Gutomo/Bersambung)