Konsisten, Bukan Sekadar untuk Mengubah Citra

Senin 23-08-2021,00:07 WIB
Editor : Yusuf M. Ridho

Bonek, kelompok suporter Persebaya, sudah lama mencoba melepaskan diri dari stigma negatif. Lewat berbagai cara secara konsisten. Termasuk kerja-kerja kemanusiaan. Bonek Disaster Response Team (BDRT) konsisten melakukan itu. Kerja-kerja sosial begitu besar dampaknya selama pandemi ini.

---

Waktu menunjukkan hampir jam 11 malam. Warung kopi (Warkop) di Jalan Bagong Tambangan No 32 masih ramai. Namanya Warkop Pitulikur. Nama pitulikur berarti dua puluh tujuh. Diambil dari dua digit bagian belakang tahun kelahiran klub Persebaya: 1927.

Ramainya Warkop Pitulikur itu bukan karena kedatangan pelanggan yang nongkrong untuk menyeruput kopi. Namun, arek-arek BDRT yang sedang "beroperasi".

Malam itu, di muka Warkop Pitulikur berjejer enam tabung oksigen. Ukuran 6 meter kibik. Terlihat satu orang berjaga di belakang jajaran tabung itu. Ucup nama panggilannya. Ia sibuk mengutak-atik regulator tabung-tabung itu. Ia coba menyalurkan selang ke tabung oksigen ukuran 1 meter kubik.

“Bukanya 24 jam setiap hari selama persediaannya masih ada,” ujarnya. Ucup sedang merefill tabung oksigen yang ditinggal pemiliknya. Salah seorang keluarga pasien Covid-19. Sejak oksigen langka pada Juli lalu, Green Nord 27 (GN 27) melalui BDRT memang menginisiasi stasiun pengisian tabung oksigen.

Ketika itu Surabaya memang sedang gawat. Masuk zona merah. Kasus Covid-19 sedang tinggi. Banyak warga kesulitan mencari oksigen.

“Syaratnya harus joget, hahaha,” cletuk Cak Cong saat ditanya apa syarat untuk warga yang ingin mendapatkan oksigen itu. Tentu saja ia bercanda. Pengisian tabung oksigen itu benar-benar gratis. Tanpa dipungut biaya. Tanpa syarat apapun. Kecuali hanya mengisi form pendaftaran di buku yang telah disediakan.

Pemilik nama asli Husni Ghozali itu dipercaya sebagai koordinator GN 27. Ia bersama BDRT memprakarsai banyak kerja-kerja kemanusiaan. Di awal pandemi, mereka terlibat dalam gerakan 1000 masker. Mereka turun ke jalan untuk membagikan masker. Gerakan itu mendapatkan apresiasi luar biasa secara nasional. Karena hal itu, berbagai instansi -termasuk dari pusat- bergantian mengajak Bonek untuk terlibat dalam gerakan pembagian masker.

“Apa yang bisa kami lakukan untuk kemanusiaan, kami langsung bergerak,” tegas Cak Cong

Di masa PPKM darurat, gerakan BDRT kian masif dan variatif. Menyesuaikan dengan permasalahan dan kebutuhan masyarakat. Operasi bantuannya pun ditambah. Di antaranya, pendirian stasiun isi ulang oksigen gratis, lumbung pangan, dan siap siaga ambulans 24 jam.

Banyak kisah yang didapat BDRT selama menjalankan operasi kemanusiaannya. Ada yang mengharubiru. Bahkan menyedihkan. Cak Cong bercerita, GN 27 bisa menghabiskan 7-8 tabung oksigen ukuran 6 meter kubik untuk melayani masyarakat. Yang datang melakukan pengisian bahkan sampai ratusan orang.

Bahkan, stasiun isi ulang GN 27 sempat tidak bisa membuka pelayanan. Stoknya habis. Hanya cukup untuk mengisi setengah tabung ukuran satu meter kubik. Ada yang bersedia menunggu. Dan banyak yang kembali pulang. “Biasanya beberapa memilih nunggu. Tabungnya ditaruh di tempat kami. Jika stok sudah ada, mereka kami kabari langsung,” katanya.

Suatu ketika, saat stok oksigen di Warkop Pitulikur habis. Begitu dapat stok, anggota BDRT langsung melakukan mengisian ulang. Ada enam tabung yang harus diisi. Begitu refill selesai, mereka langsung balik ke Warkop. Sayangnya, jalanan macet. Mereka datang terlambat.

Saat oksigen sudah kembali tersedia, Cak Cong langsung menghubungi satu per satu orang yang menitipkan tabungnya. Namun, ada satu orang yang bikin Cak Cong nelangsa. “Pas saya kabari kalau oksigen sudah tersedia, lha kok ternyata pasiennya sudah meninggal. Kami kaget. Jujur, aku nelongso banget,” kenangnya.

Tags :
Kategori :

Terkait