PANDEMI Covid-19 terus membekap jagat. Bisnis pun kelimpungan. Itu juga yang dialami oleh Toyota, raksasa otomotif dunia dari Jepang tersebut. Terhantam pagebluk, mereka berencana memangkas produksi mobil secara global hingga 40 persen.
Rencana ’’ ngenes ’’ itu diungkapkan Kamis (19/8). ’’Pemangkasan dilakukan pada September. Dan kami hanya memproduksi di bawah 900 ribu unit dari yang direncanakan semula,’’ ungkap juru bicara Toyota sebagaimana dikutip Agence France-Presse .
Persebaran virus korona di Asia Tenggara memang membuat rantai pasokan Toyota tertekan. Nikkei , harian di Jepang, juga menulis bahwa Toyota kekurangan chip untuk memproduksi mobil-mobil anyar. Akibatnya, sejumlah pabrik di Jepang pun ditangguhkan operasionalnya. Alasan resminya: kekurangan suku cadang akibat persebaran Covid-19 di Asia Tenggara.
Menurut berita Nikkei , Toyota juga akan mengurangi produksi di Amerika Utara, Tiongkok, dan Eropa mulai awal September.
Sejatinya, bukan hanya Toyota yang merana. Saingan-saingannya, produser mobil lain, juga memperlambat produksi karena kekurangan chip tersebut. Untuk sistem elektronik mobil modern, peran microchip itu sangat krusial. Dan sejak akhir tahun lalu, pasokannya terus menerus turun.
Di masa pandemi saat ini, pembelian mobil memang dirasa kurang esensial. Toh pemakainya enggak bisa ke mana-mana. Justru yang meningkat adalah produksi chip untuk perangkat elektronika rumahan karena orang menghabiskan waktu di rumah. Baik untuk bekerja atau bersantai. Ini membuat produsen otomotif berada pada situasi yang sulit.
Kinerja Toyota pada tahun ini sebenarnya mulai pulih. Laba bersih kuartal pertama mereka memecahkan rekor. Terutama karena penjualan tahun lalu begitu jeblok. Ketika itu, mereka mencatatkan laba bersih senilai 987,8 miliar yen (sekitar Rp 118 triliun). Periode yang sama tahun sebelumnya, mereka ’’hanya’’ meraup laba sekitar 158,8 miliar yen.
Meski begitu, saham Toyota tetap jauh sebesar 4,42 persen menjadi 9.295 per lembar. (Doan Widhiandono)