Majalah musik Billboard merilis edisi spesial BTS pekan lalu. Wawancaranya asyik dan mendalam. Mengulas hal-hal yang jarang diangkat oleh media Korea. Namun, artikel itu ditanggapi negatif oleh jutaan ARMY—sebutan fans BTS.
Oleh: Retna Christa / Wartawan Disway, fans BTS, bukan ARMY
---
SEPANJANG akhir pekan lalu, Instagram Story teman-teman ARMY saya kompakan mengunggah foto-foto BTS yang diambil dari Billboard . Ada yang upload foto masing-masing bias (misalnya Taehyung, Jungkook, Suga, dan Jin), ada juga yang pose bertujuh. Visual cowok-cowok bertalenta itu sungguh memanjakan mata.
Namun, pada tiap unggahan itu, rata-rata disertai ekspresi kecewa. ’’Kamu ganteng. Tapi sayang artikelnya kok gitu amat ,’’ tulis salah seorang rekan ARMY. ’’Fotonya bagus-bagus sih . Tapi beritanya sampah,’’ tulis yang lain.
Satu Instagram Story lagi yang lewat bahkan menyebut Billboard tidak profesional.
Tunggu, tunggu… Ada apa sih ?
Saya meluncur ke laman Billboard . Dalam sekejap, saya langsung menemukan artikel yang dimaksud. Artikel berjudul Inside the Business of BTS – And the Challenges Ahead itu ditulis oleh Jeyup S. Kwaak. Penulis lepas yang berbasis di Seoul dan Tokyo. Ia adalah mantan wartawan The Wall Street Journal . Karyanya pernah dimuat di New York Times , CNN , dan Monocle Magazine .
Dari judulnya saja, artikel ini akan menyoroti BTS sebagai entitas bisnis. Bukan ’’sekadar’’ boyband terbesar di dunia. Sudah pasti, yang dibahas bukan melulu bagaimana mereka menjadi semegah sekarang. Atau bagaimana Kim Namjoon dkk jadi satu-satunya band Korea yang bisa menembus nominasi Grammy Awards.
BTS adalah aset utama dari label raksasa HYBE Corporation. Yang nilai valuasinya mencapai USD 9,5 miliar. Atau sekitar Rp 136 triliun. Tentu mereka punya banyak tantangan untuk sustain sebagai unit bisnis. Tantangan-tantangan itulah yang dibedah satu per satu oleh Billboard .
Manipulasi Data
Tantangan utama adalah dugaan manipulasi data. Tuduhan ini gencar sekali dialamatkan pada BTS dan ARMY. Terutama setelah Butter memuncaki chart Billboard Hot 100 sembilan pekan beruntun. Setelah bertahan 2 bulan lebih, posisinya digantikan oleh Permission to Dance — single mereka berikutnya. Butter melorot ke peringkat 7. Tapi pekan berikutnya, Butter terkerek naik lagi ke posisi nomor satu. Sedangkan Permission to Dance turun ke posisi 7.
Buat fans penyanyi lain—misalnya penggemar Olivia Rodrigo dan Dua Lipa—ini aneh. Mereka curiga ini ada hubungannya dengan aktivitas ARMY yang tidak normal. Mereka menyebutnya manipulasi. Yang entah bagaimana caranya, berhasil membuat dua single BTS back-to-back memuncaki tangga lagu Billboard.
Dalam artikel Billboard , disebut bahwa ARMY pintar memanfaatkan celah dalam aturan tangga lagu. Mereka misalnya, membeli album (baik fisik maupun digital) dalam jumlah besar. Agar jumlah penjualannya terlihat heboh. Dana untuk membeli dikumpulkan lewat crowdfunding . Alias patungan rame-rame .