Serial Dimaz Muharri (14): Standing Applause dari Fans Saat Masuk Lapangan

Kamis 02-09-2021,04:00 WIB
Editor : Redaksi DBL Indonesia

Mungkin Dimaz Muharri yang paling banyak penggemarnya saat bermain di CLS Knights. Selain karena wajahnya di atas rata-rata, perannya di tim juga sangat besar. Ia adalah pengatur serangan.

---

DIMAZ Muharri terpilih menjadi tim All Star IBL 2009. Biasanya pemain 1-5 ditentukan berdasarkan data statistik. Sedangkan pemain 6-12 dipilih oleh para pelatih. Dari CLS Knights saat itu terpilih Dimaz dan Andrie Ekayana.

Selain Yayan –sapaan Andrie Ekayana– rekan satu tim di All Star antara lain Faisal J. Ahmad, Andi "Batam" Poedjakesuma, dan Rony Gunawan. Tim lawan antara lain I Made Sudiadnyana, Mario Wuysang, dan Denny Sumargo. Pertandingan digelar di C-Tra Arena, Bandung.

Selesai bertanding, para pemain keluar bersama-sama menuju bus. Dimaz terkejut karena begitu keluar sudah banyak fans yang menanti. "Yang membuat kaget tiba-tiba ada yang mencubit saya," kata Dimaz lantas tertawa.

Waktu itu ia tidak mengira ada yang meneriakkan namanya. Sebagai pemain yang baru naik ke jenjang profesional, Dimaz merasa belum cukup terkenal. Apalagi prestasi CLS Knights di IBL (sebelum era NBL Indonesia) belum cukup moncer.

DI era IBL yang bukan reborn, fans CLS sudah lumayan banyak. Setidaknya setiap kali tim bertanding di GOR Kertajaya, penonton cukup banyak. Kapasitas GOR Kertajaya 3.000 penonton. Biasanya 70 persen bangku terisi. Tapi saat bermain di luar kota, tidak begitu kelihatan.


KNIGHTS SOCIETY, pendukung CLS Knights, mendukung tim mereka di final ASEAN Basketball League (ABL) 2019 di Singapura. (Foto: CLS Knights)

Berbeda dengan di era NBL Indonesia 2010-2015. Fans CLS Knights semakin riuh. DBL Arena yang berkapasitas 4 ribu tempat duduk selalu penuh saat CLS bertanding. Dan saat pertandingan di luar kota, fans CLS selalu hadir. Bahkan saat menjadi juara ASEAN Basketball League 2018-2019, suporter CLS Knights sampai ikut menonton di Singapura. Luar biasa.

Fandom CLS Knights baru terbentuk pada 15 Mei 2011. Diberi nama Knights Society. Loyalitas mereka kepada klub luar biasa. Apalagi kehadiran Knights Society memang direstui oleh manajemen. "Saya kenal dengan mereka. Istri saya juga kenal dengan beberapa," kata Dimaz.

Dan Dimaz termasuk pemain yang punya fans khusus. Setiap kali berulang tahun, sejumlah fans datang ke mess di GOR Kertajaya. Biasanya mereka memberi kado ulang tahun kepada Dimaz.

Tidak hanya di Surabaya, Knights Society juga hadir di mana pun sat CLS Knights bertanding. Yang tidak kalah heboh adalah pendukung CLS di Solo. Setiap kali CLS bertanding di Sritex Arena, Solo, banyak Knights Society yang hadir.

Keberadaan Knights Society sampai pernah menjadi bahan penelitian skripsi oleh mahasiswa jurusan komunikasi FIFIP Unair Deanty Chandra Pertiwi dengan judul Studi Fandom Knights Society di Liga Basket Indonesia.

AKSI Knights Society mendukung CLS di ajang NBL 2013 di DBL Arena, Surabaya. (Foto: NBL Indonesia)

 

Selain mewawancarai founder dan anggota Knights Society, Deanty juga mewawancarai para pemain. Mereka adalah Mario Wuysang, Sandy Febiansyakh, dan Herman Lo. Uniknya, Dimaz Muharri yang saat itu sudah mundur dari CLS juga ikut menjadi narasumber dalam penelitian Deanty.

Alasan Deanty –seperti tertulis di skripsinyi– karena Dimaz adalah point guard paling fenomenal yang pernah dimiliki CLS Knights. Dimaz, menurut Deanty, selalu menjadi incaran fans –terutama cewek. Saat memasuki lapangan juga selalu mendapat standing applause.

Pintu barat DBL Arena menjadi saksi bisu bagaimana Dimaz kerap dinanti oleh fans beratnya. "Paling mereka minta foto, tanda tangan. Ada juga yang kasih makanan atau hadiah kecil," kata Dimaz.

Tags :
Kategori :

Terkait