Siapa Manusia Pertama di Bumi?

Jumat 03-09-2021,04:00 WIB
Editor : Gunawan Sutanto

BERGANTUNG dari sumber mana kita memperoleh informasinya. Di agama-agama samawi, jawabannya sama: Adam. Baik menurut agama Yahudi, Nasrani, maupun Islam.

Secara umum, digambarkan bahwa Adam adalah manusia yang diciptakan di surga. Sebuah taman indah yang digambarkan berada di langit. Lantas, oleh Tuhan diberi istri. Yang diciptakan dari diri Adam sendiri.

Mereka tinggal di surga. Sampai datang godaan dari setan. Memakan buah larangan. Akibatnya, mereka diturunkan dari surga. Ke planet Bumi. Yang waktu itu masih kosong. Belum ada kehidupan.

Maka, disimpulkan bahwa Adam dan istrinya adalah penghuni pertama planet Bumi. Yang kemudian beranak cucu. Menurunkan semua manusia. Sebagaimana terlihat dewasa ini. Semuanya disebut sebagai anak keturunan Adam. Bani Adam.

Masalahnya adalah ketika dicocokkan dengan data sejarah munculnya manusia di planet Bumi. Banyak hal yang menjadi misteri. Tidak sesuai. Sehingga perlu dilakukan klarifikasi. Mencocokkan informasi kitab suci dengan data-data ilmiah yang ditemukan para ilmuwan.

Jika tidak, ada tudingan bahwa agama hanyalah dongeng. Yang tidak sesuai dengan kenyataan. Dan, efeknya bisa lebih serius. Para penganutnya bakal meninggalkan agama. Lebih percaya mengikuti sains dan teknologi. Sebagai petunjuk kehidupannya.

Itulah yang terjadi di berbagai belahan Bumi. Khususnya, penganut agama Yahudi dan Nasrani. Berbondong-bondong meninggalkan agamanya. Menjadi agnostik. Tak peduli pada ajaran agama. Atau, bahkan ateis. Tak bertuhan.

Kasus demikian itu tidak terjadi di kalangan Islam. Sebab, memang sejak awal Islam tidak memosisikan diri sebagai agama yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Bahkan, sebaliknya, menjadikan ilmu pengetahuan –termasuk sains– sebagai bagian dari proses keimanan.

Dengan demikian, kalaupun ada penganut Islam yang meninggalkan agamanya, penyebabnya bukanlah karena dipertentangkan dengan sains. Melainkan, alasan-alasan yang bersifat sosial, politik, dan ekonomi.

Maka, ketidaksinkronan informasi agama –tentang Adam– dengan data-data ilmiah terkait siapa manusia pertama di planet Bumi justru menjadi pemicu munculnya berbagai kajian. Untuk mencari kejelasan. Informasi mana yang benar. Bagaimana dalil-dalil agamanya. Bagaimana dalil-dalil saintifiknya. Bagaimana pula keterkaitan antara keduanya.

Di situlah prosesnya menjadi seru. Sebab, di kalangan Islam sendiri terdapat latar belakang yang sangat beragam. Ada yang akrab dengan dalil agama, tapi tidak akrab dengan ilmu pengetahuan. Ada pula yang akrab dengan dalil ilmu pengetahuan, tapi tidak akrab dengan dalil-dalil agama. Ataupun, kombinasi di antara keduanya.

Untung, kitab suci Al-Qur’an sebagai rujukan utama dalam beragama memberikan platform yang jelas. Dengan begitu, diharapkan bisa menjadi pedoman bersama dalam melakukan kajian. Yakni, beragama harus menggunakan akal sehat. Juga, menggunakan dalil-dalil yang kokoh dari kitab suci, sunah, maupun data-data saintifik di lapangan.

Maka, terkait dengan Adam, kita bisa mengambil dalil kitab suci sebagai rujukan utama. Untuk menjawab pertanyaan: ”Siapakah manusia pertama di planet Bumi?”

Adalah sangat menarik, bahwa ternyata Al-Qur’an tidak pernah secara eksplisit menyebut Adam sebagai manusia pertama. Pendapat sejumlah ulama yang mengatakan bahwa Adam adalah manusia pertama ternyata disimpulkan dari ayat-ayat yang tidak eksplisit.

Misalnya, ayat-ayat yang mengatakan bahwa Adam diciptakan dari tanah. Lantas, dibangun kesimpulan, berarti Adam adalah manusia pertama. Sebab, dia bukan diciptakan di dalam rahim seperti keturunannya. Melainkan, langsung dari tanah yang dibentuk seperti boneka manusia. Kemudian, diucapi ”Kun fayakun”. Seketika menjadi manusia dewasa.

Tags :
Kategori :

Terkait