Rumor Sakit Mega

Senin 13-09-2021,04:00 WIB
Editor : Yusuf M. Ridho

RUMOR Megawati Soekarnoputri menderita sakit langsung heboh. Seperti hebohnya seorang kepala negara yang dikabarkan hal serupa.

Entah dari mana rumor tersebut muncul. Mega, mantan presiden yang sampai saat ini menjabat ketua umum PDIP itu, diisukan dirawat di RS Pusat Pertamina. Namun, isu tersebut lambat laun surut dan terbantahkan, setelah Mega tampil dalam acara daring internal partainya.

Mengapa begitu heboh? Tentu tak lepas dari ketokohan Mega yang kini berusia 74 tahun. Sebagai mantan presiden, itu membuatnyi menjadi memori bersama masyarakat Indonesia, bahwa dia salah seorang tokoh sentral dalam sejarah bangsa ini.

Tapi, juga yang tak kalah penting adalah posisi putri Bung Karno itu sebagai ketua umum partai. Menjabat ketua lebih dari 20 tahun, sejak partai tersebut bermutasi dari PDI menjadi PDIP. Bahkan, saat masih bernama PDI era Orde Baru pun, Mega sudah memimpin. Total memimpin 28 tahun.

Nah, jabatan sebagai pucuk pimpinan partai itulah yang membuat berita tentang kondisi Mega selalu heboh. PDIP adalah partai yang berkuasa. Peraih suara terbanyak di parlemen. Juga, jagoan yang diusungnya menang dalam pilpres. Presiden Jokowi pun disebut sebagai kader partai yang ditugaskan. Begitu juga kepala daerah yang berasal dari kader partainya, disebut petugas partai.

Mega punya pengaruh kuat di eksekutif. Paling tidak, memberikan restu bagi kader- kadernyi yang duduk di kabinet. Di legeslatif, jelas punya pengaruh sangat kuat. Ada 128 anak buahnyi yang menguasai kursi DPR. Merekalah yang ikut menentukan warna-warni UU. Juga, dalam hal penyusunan anggaran dan belanja negara. Bahkan, anak putrinyi, Puan Maharani, duduk sebagai ketua DPR RI. Intinya, Bu Mega itu orang kuat atau sangat berpengaruh di panggung politik Indonesia.

Sebab itulah, kadar pentingnya posisi Mega sekelas dengan presiden. Apa pun  kabar kondisinyi, baik itu isu positif maupun negatif, sama-sama akan memberikan pengaruh atau sentimen ke berbagai hal.

Kabar sakit seorang presiden, misalnya, akan selalu dirahasiakan ke publik. Mengapa? Potensi munculnya gejolak. Bisa dalam bentuk kasak-kusuk maupun menuver untuk memanfaatkan isu tersebut.

Presiden Vietnam Tran Daai Quang yang meninggal dunia pada Sepetember 2018 tidak pernah diberitakan saat sakit. Publik baru mendapat publikasi setelah meninggal dunia dan hanya disebut karena sakit. Tapi, apa sakitnya, tidak pernah dikabarkan. Rahasia hingga sekarang.

Presiden Soekarno pun saat tersiar kabar sakitnya pada 1960-an, langsung membuat heboh. Jagat politik langsung dinamis. PM Tiongkok Zhou Enlai ikut bermanuver untuk menyelamatkan Bung Karno. Saat itu hubungan kedua negara lagi mesra-mesranya.

Tiongkok tentu risau kalau Bung Karno mangkat, jatuh ke kelompok militer yang berseberangan politiknya dengan PKI. Di tengah Bung Karno sakit itu, para pemimpin PKI yang disokong Tiongkok melakukan manuver. Termasuk membentuk angkatan kelima. Mempersenjatai petani dan buruh. Manuver politik yang berkaitan dengan prahara tragedi 1965.

Kembali ke Megawati. Doa tentu yang terbaik, semoga selalu sehat.

Kalaupun suatu saat Mega tidak aktif lagi atau berhalangan tetap dalam memimpin partai, tentu dinamis internal kandang banteng. Apakah sudah ada tokoh PDIP sekuat Mega yang bisa menjadi simbol pemersatu partai. Belum muncul tokoh trah Soekarno yang punya pengaruh kuat seperti Megawati.

Puan Maharani belum sekuat pengaruh ibunyi. Walaupun saat ini namanyi terus dikerek dengan ribuan baliho di seluruh Indonesia, namanyi belum juga moncer. Berbagai survei capres, namanyi selalu tertinggal jika dibandingkan dengan Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Agus H. Yudhoyono, Sandiaga Uno, maupun Ridwan Kamil.

Semua parpol pun pasti punya faksi.  Apalagi, partai yang lahir dari fusi parpol seperti PDI yang kemudian berevolusi menjadi PDIP. Itu potensi bergejolak bila tak ada pemimpin kuat seperti Mega.

Tags :
Kategori :

Terkait