PEMBELAJARAN tatap muka (PTM) terbatas SMA/SMK/SLB di Jawa Timur sudah berlangsung dua pekan. Waktunya dua jam. Pelaksanaannya bertahap. Artinya, tetap beriringan dengan opsi belajar daring dari rumah.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Iwan Syahril menyatakan telah memantau pelaksanaan PTM. Ia juga menanggapi usul penambahan jam tatap muka. Katanya, dua jam di sekolah itu bukan batasan contoh.
Menurutnya, durasi dua jam belajar di sekolah itu bukan batas maksimal. Itu hanya contoh awal. Bahwa suatu daerah bisa melaksanakan pembejalaran dengan baik. ’’Itu salah satu contoh praktik,’’ katanya saat meninjau seleksi kompetensi dasar PPPK di SMKN 6 Surabaya, Senin lalu (14/9).
Iwan juga menegaskan, kebutuhan jam belajar di sekolah bisa disesuaikan dengan kondisi. Namun, harus dipantau secara berkelanjutan. “Saya lihat contoh baik di Surabaya. Ini bisa dilakukan lebih dari dua jam. Tentu juga harus terus dievaluasi,” jelasnya.
Daerah lain juga bisa melangsungkan PTM lebih dari dua jam. Asalkan terus dipantau dan dievaluasi. Caranya dengan mempersiapkan satgas di sekolah dengan baik. Protokol kesehatan (prokes) harus lebih disiplin.
Saat meninjau vaksinasi mahasiswa di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya kemarin, Kepala Dinas Pendidikan Jatim Wahid Wahyudi mengatakan, “PTM terbatas secara bertahap ini tentu kita evaluasi. Dan apabila bisa berjalan baik, tentu kita akan menambah jam belajarnya.”
Berdasar evaluasi, dinas masih menyoroti protokol kesehatan siswa. Banyak yang masih berkerumun di depan pagar sekolah setelah bel pulang.
Bahkan, banyak siswa yang tidak langsung pulang ke rumah. Malah nongkrong di kafe atau warung tepi jalan. Ini mencemaskan. Sebab, pandemi masih belum usai. Jangan sampai PTM malah meningkatkan risiko penularan Covid-19. (Mohamad Nur Khotib)