DBL Academy sebelum pandemi memiliki sekitar 1.000 siswa. Menurut Yondang, ada 500 siswa di PTC, 200 siswa di Graha Pena, dan 300 siswa di Jogja. Saat pandemi, siswa yang aktif tinggal 30 persen. "Persentase terbanyak dari siswa adalah usia 7-12 tahun," kata Yondang.
Dari semua siswa, lanjut Yondang, sebagian besar memang akhirnya tidak memilih karir di jalur basket. Sejak awal memang beragam motivasi orang tua memasukkan anaknya ke DBL Academy. Ada yang mencarikan kegiatan positif bagi anaknya. Sebagian lainnya ingin anaknya punya aktivitas fisik. Mungkin hanya 10 persen yang kemudian menjadi atlet basket.
DBL Academy juga terus mempertahankan kerja sama dengan World Basket Academy (WBA) Australia. Setiap tahun, dua kali tim dari WBA datang melakukan evaluasi terhadap pelatihan yang dilakukan tim pelatih. "Dari berbagai kurikulum basket, kami melihat kurikulum WBA ini yang paling sesuai untuk anak-anak Indonesia," jelasnya. (Tomy C. Gutomo-Bersambung)