Anda pasti pernah mendengar kata anjay, meninggoy, tempong, edun, dan sebagainya. Kata-kata itu berasal dari kata asli yang diplesetkan. Karena unik, ia menjadi viral. Bahkan dapat mendatangkan manfaat ekonomis. Tim dari FIB Universitas Airlangga menelitinya.
BAHASA selalu berkembang dari masa ke masa. Banyak kata yang berubah seturut laju zaman. Terutama di masa kini. Beragam kata diplesetkan menjadi sesuatu yang berbeda. Entah dengan mengubah bunyi awal atau akhirnya. Maknanya pun lambat-laun bergeser.
Sebagai contoh, kata anjing. Maknanya adalah hewan berkaki empat yang menggonggong. Kata itu juga biasa digunakan untuk olok-olok. Tapi beberapa selebriti, kaum muda, dan para influencer memlesetkannya menjadi anjay. Secara bunyi hanya sedikit berbeda. Tapi makna dan kesan yang ditimbulkan sudah berubah.
Proses itu disebut ameliorasi. Yakni pergeseran makna atau peningkatan nilai makna dari makna yang biasa atau buruk, menjadi makna yang lebih baik. Kemudian mengalami eufemisme atau penghalusan. Dengan kata lain, ameliorasi adalah sebuah ungkapan yang lebih halus untuk menggantikan ungkapan kasar.
Berkaca dari viralnya kata-kata hasil ameliorasi tersebut, tiga mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga melakukan penelitian. Mereka adalah Fitriana Haryanti, Maratus Sholikhah dan Bakdiyatul Mukarromah. Penelitian itu ditujukan sebagai pemenuhan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).
’’Kami mengamati tren promosi bisnis kuliner. Viralnya kata-kata tersebut ternyata banyak dimanfaatkan para pebisnis untuk meningkatkan keuntungan dalam hal bisnis makanan,’’ jelas Fitriana.
Dia lantas memberi contoh, pemain FTV Rizky Billar. Yang mempromosikan abon cabe miliknya yang diberi merek Bonjay. Level pedasnya macam-macam. Mulai dari santuy, yan berarti pedas sedang, hingga anjay. Yang berarti sangat pedas. Omzetnya sangat tinggi.
Ada pula selebgram yang mempromosikan produk makanan dengan kalimat, ’’Enaknya kayak mau meninggoy.’’ Meninggoy adalah kata yang mengalami ameliorasi dan eufimisme. Asalnya dari kata meninggal. Tentu jika memakai kata asli, efeknya tak akan sepopuler saat menggunakan kata hasil ameliorasi.
’’Dengan demikian, ameliorasi merupakan salah satu bagian dari teknik viral marketing,” ungkap mahasiswi Sastra dan Bahasa Indonesia Universitas Airlangga itu.
Viral marketing merupakan teknik pemasaran dari mulut ke mulut. Produsen dapat mempromosikan sebuah produk atau jasa dengan cara bercerita kepada orang lain. Termasuk menggunakan kata-kata viral sebagai materi promosinya. ’’Teknik tersebut berpengaruh signifikan terhadap upaya menjaring konsumen. Banyak yang berhasil,’’ kata Fitriana.
Penelitian yang dilakukan ketiganya bertujuan untuk menganalisa fenomena penggunaan ameliorasi. ’’Kami ingin mengukur kekuatan strategi pemasaran dalam bisnis makanan, serta diharapkan hasilnya dapat menjadi referensi dalam menentukan strategi pemasaran produk makanan,’’ ujar perempuan asli Tulungagung tersebut.
Mereka lantas mengajukan proposal berjudul Fenomena Penggunaan Ameliorasi Sebagai Strategi Pengembangan Bisnis Makanan. Diunggah ke website Kemdikbud. Proposal itu lolos seleksi. Penelitian mereka didanai oleh Kemdikbud.
Mereka kemudian melakukan penelitian intens selama 4 bulan. Termasuk beberapa kali bimbingan bersama tim monitoring dan evaluasi (monev) Universitas Airlangga. Fitriana dkk juga dilatih untuk public speaking. Sehingga dapat mempresentasikan karya ilmiah dengan baik. Juga melakukan bimbingan dengan para dosen.
Ketiga mahasiswi itu berkunjung ke kantor Balai Bahasa Jawa Timur. Di sana mereka berdiskusi dengan mengajukan lima kata yang mengalami ameliorasi. Yakni, kata anjing menjadi anjay. Meninggal menjadi meninggoy. Edan menjadi edun. Lalu, kata tampar menjadi tempong. Dan frasa tidak ada otak (alias tidak bisa berpikir) menjadi nggak ngotak.