HASIL asesmen situasi Covid-19 di Jawa Timur terus menunjukkan perkembangan positif. Dalam tiga hari, dua wilayah di Jatim berhasil masuk level 1. Kini, ada 28 kabupaten/kota masuk level 1. Tersisa 10 kabupaten/kota yang masih level 2.
Menurut data terakhir (27/9), enam indikator sudah dipenuhi masuk level 1. Di antaranya, kasus konfirmasi mencapai 4,85 orang/100 ribu penduduk/minggu, rawat inap rumah sakit (RS) mencapai 0,98 orang/100 ribu penduduk/minggu, dan angka kematian 0,35 orang/100 ribu penduduk/minggu.
Kondisi Jatim yang melandai ini nyaris tak dipercaya oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jatim. Sebab, angka-angka tersebut terpaut jauh dibandingkan gelombang kedua lalu. “Awalnya, saya kira itu data-data semu saja. Tapi ternyata datanya betul-betul riil,” ujar Dewan Pakar Satgas Covid-19 IDI Jatim dr Agung Dwi Wahyu Widodo.
Itu dibuktikan dengan jumlah pasien yang terus menurun di berbagai rumah sakit. Bahkan, beberapa RS juga nol pasien Covid-19. Faktor lainnya, kata Agung, vaksinasi yang digencarkan ikut membentuk antibodi dalam masyarakat.
Namun, ia meminta agar masyarakat tetap waspada. Sebab, lonjakan kasus gelombang ketiga masih mungkin terjadi. Prediksinya, sekitar November-Desember mendatang. ”Itu hipotesis yang diungkapkan oleh pakar epidemiologi kemarin. Tentu kita berharap jangan sampai ada. Jadi harus ada langkah preventif,” jelasnya.
Menurutnya, yang menyerang bukanlah varian baru. Sebagaimana yang diberitakan seperti varian MU dan Lambda. Justru kemungkinan besar serangan dari varian Delta. Kenapa demikian?
Agung merujuk pada data lapangan yang terjadi saat ini. Yakni lonjakan kasus yang terjadi di beberapa negara tetangga. Seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Laos, Vietnam, dan Filipina. Semua negara itu diserang varian delta.
”Di atas kertas, serangan Delta pada Juni dan Juli lalu memang menakutkan. Nah, kita khawatir justru Delta bisa masuk lagi,” ungkap Agung. Ia pun memaparkan data dari WHO. Bahwa varian Lambda dan MU masih tergolong kategori Variant of Interest (VoI). Dan setelah diamati, kasusnya tidak terlalu tinggi di Brasil dan sekitarnya.
Dua varian tersebut transmisinya tidak terlalu cepat dibanding kategori Variant of Concern (VoC). Yakni Alpha, Beta, Gamma, dan Delta. Bahkan, tingkatnya sejajar di bawah Gamma. Jadi, kata Agung, apabila yang menyerang varian baru maka harapannya tidak terlalu berat.
”Tapi ada data lagi, Lambda ini bisa diperkirakan menjadi VoC apabila persebarannya lebih cepat,” jelasnya. Ia juga berharap agar semua tidak kecolongan lagi. Pintu masuk internasional harus disekat. Dan karantina bagi para pekerja migran dan warga negara asing harus lebih diperketat.
Namun, gelombang ketiga itu juga bisa disebabkan oleh lonjakan kasus lokal. Misalnya, di wilayah-wilayah tertentu kasus konfirmasi positif dan kematian meningkat. Maka, harus ada upaya-upaya pencegahan. ”Jika itu yang terjadi, pembatasan kegiatan masyarakat harus segera dilakukan lagi lebih ketat,”
Jubir Satgas Covid-19 Jatim Makhyan Jibril menegaskan hal serupa. Kondisi memang sudah melandai. Tapi, tidak bisa diartikan stabil. Ia juga tak bisa memastikan datangnya gelombang ketiga. Namun, jika mengaca pada tahun sebelumnya, kasus mulai naik di akhir dan awal tahun.
”Bulan-bulan ini memang turun, biasanya nanti kalau mobilitas tinggi lagi, kasusnya naik lagi. Covid ini belum selesai. Jadi tetap waspada setiap saat,” katanya. Di berbagai negara yang vaksinasinya kencang juga tidak menjamin lolos dari lonjakan kasus. Menurut Jibril, itu juga bisa dijadikan cerminan bagi Jatim. (Mohamad Nur Khotib)