Menangani Speech Delay pada Si Kecil

Kamis 07-10-2021,04:00 WIB
Editor : Nanang Prianto

Keterlambatan berbicara adalah salah satu gangguan dalam proses tumbuh kembang anak. Sayangnya, mayoritas orang tua terlambat mengetahui hal tersebut. Namun, bukan berarti tidak ada cara untuk mengatasinya.

 

USAHA yang intens dari bunda dan ayah dapat mengembalikan proses berkomunikasi pada buah hati. Sehingga mereka bisa jadi balita yang komunikatif. Itu disampaikan oleh Hanna Dyahferi Anomsari, dokter spesialis Tumbuh Kembang Anak dari Rumah Sakit Universitas Airlangga. Dia menambahkan, orang tua seharusnya memahami fase-fase tumbuh-kembang pada anak.

’’Ayah-ibu harus rutin mengajak anaknya ngobrol. Dimulai sejak usia dua bulan, ketika indera pendengarannya mulai terbentuk pada usia dua bulan,’’ jelas Hanna. ’’Sering panggil dia. Kalau tidak menoleh, bisa menggunakan bunyi mainan kesukaan. Di sinilah awal mula proses pengembangan kemampuan berkomunikasi. Jadi enggak ujug-ujug pintar bicara dengan sendirinya,’’ katanya.

Fase itu dilanjutkan ketika bayi sudah mulai bisa tengkurap. Di sini, bayi semestinya sudah merespons ada yang memanggil. Tandanya, mereka sudah bisa tertawa saat diajak main cilukba. Terkadang mereka sudah bisa menunjuk sesuatu yang diinginkan. Kemudian dilanjutkan dengan tahap-tahap selanjutnya sampai fasih.

Hanna menjelaskan, ada banyak faktor yang meyebabkan speech delay. Pertama, kondisi fisik. Terutama bagi bayi yang memiliki gangguan pendengaran, gizi buruk, kemungkinan mengidap autisme, dan lain sebagainya.

Namun, dalam kebanyakan kasus saat ini, terlalu banyak menghadapi smartphone menjadi peyebab dominan dari bayi normal yang terlambat bicara.

’’Komunikasi itu wajib dua arah. Ada yang ngomong, kemudian ditanggapi. Kemudian terjadilah timbal balik,’’ jelas Hanna. ’’Itulah mengapa screen time terlalu banyak dampaknya buruk. Karena anak biasanya akan mengeluarkan tanggapan pada tayangan yang ditonton tapi layar tidak memberi timbal balik. Makanya, sebaiknya jangan beri mereka tontonan saat usianya belum dua tahun,’’ lanjut dia.

Dia menyebut, kadang kondisi fisik orang tua bisa saja kurang siap. Entah karena sudah lelah beraktivitas, atau memiliki kesibukan lain di rumah. Bahkan ada yang ditinggal ngobrol dengan sesama orang dewasa di rumah. Seringnya anak dibiarkan bermain dan berbicara sendiri. Di sinilah harusnya ayah dan bunda berdiskusi. Saling membagi waktu untuk menemani buah hati.

Bahkan, ada kondisi ketika anak mencoba berinteraksi dengan orang tua. Misalnya meracau, menunjuk sesuatu, berteriak, dan sebagainya. Saat itu terjadi, harus ada yang menanggapi. Jangan dibiarkan berbicara sendiri. Bila diteruskan, kemungkinan anak mengalami speech delay lebih besar.

’’Saat bayi sudah mulai ngomong, ayah-ibunya wajib menanggapi. Karena itulah prinsip dasar komunikasi. Ada timbal-balik,’’ tegas Hanna. Untuk mengecek apakan tumbuh kembang anak tidak terganggu, kata Hanna, orang tua bisa mengecek Kartu Ibu dan Anak (KIA). Sudah ada versi terbaru terbitan tahun 2020. Bisa digunakan sebagai panduan tumbuh kembang. 

 

Stimulasi Sejak Dini

Satu-satuya cara untuk menghindari speech delay adalah stimulasi. Bagaimana caranya? Ada beberapa cara. Dimulai dengan melakukan diskusi sederhana dengan si kecil. Ajak anak ngobrol ringan mengenai hal-hal yang menarik bagi mereka. Misalnya tentang film kartun kesukaan. atau kegiatan yang dilalui selama sehari.

Tidak perlu kalimat yang panjang, gunakan kalimat-kalimat sederhana yang mudah dimengerti anak. Sehingga anak tidak kesulitan untuk menjawab pertanyaan bunda dan ayah. Dengan begitu, orang tua dapat menciptakan suasana diskusi yang menarik untuk anak. Ke depannya, anak juga akan tertarik jika ibu kembali mengajak anak berdiskusi.

Tags :
Kategori :

Terkait