Industri-Perdagangan Sumbang 14,64 persen PDRB Nasional

Rabu 13-10-2021,04:00 WIB
Editor : Redaksi DBL Indonesia

Drajat optimistis total surplus jauh lebih tinggi pada akhir tahun nanti. Targetnya, di atas Rp 150 triliun. “Belum tutup tahun sudah capaiannya sudah di atas capaian net tahun lalu. Mudah-mudahan akhir tahun nanti bisa lebih tinggi lagi,” ungkap lelaki kelahiran 1962 asal Malang itu.

Sedangkan, nilai ekspor mengalami defisit pada tahun ini. Yakni sekitar minus 31,5 persen. Namun, defisit itu masih lebih baik dari tahun lalu yang mencapai minus 88,54 persen. Artinya, senantiasa ada peningkatan meski dalam masa pandemi Covid-19. Ia juga berharap agar terus ada peningkatan sampai akhir tahun nanti.

Seluruh komoditas ekspor itu masih didominasi oleh produk-produk lokal. Di antaranya produk lemak/minyak hewan, tembaga, olahan kayu, perhiasan/permata, ikan/udang, produk kimia, kertas, olahan daging dan ikan, dan perabot rumah tangga.

Ada 10 besar negara tujuan ekspor yang menjadi langganan bagi produk-produk Jatim. Yakni Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, Malaysia, India, Korea Selatan, Vietnam, Thailand, Belanda, hingga Australia.

Drajat menyadari bahwa perlu ada strategi baru untuk meningkatkan potensi ekspor Jatim. Sejauh ini, Disperindag Jatim menggenjot ekspor dengan berbagai program. Berbagai komoditas lokal didorong supaya bisa masuk pasar ekspor.

Salah satunya, dengan program misi dagang online (MDO). Program itu bertujuan agar pergerakan jual beli bisa terselenggara secara tatap muka. Selain itu, dengan mengembangkan substitusi impor. Yakni dengan menukar komoditas dalam negeri dengan komoditas luar negeri. Tentu dengan ukuran nilai yang setara.

”Termasuk ekspedisi makanan. Kami bikin aplikasi Gerai 360 dan pondok kurasi. Agar produk kita segera diterima pasar,” jelas alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga itu. Dan memastikan peningkatan produksi harus mengacu pada Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI) dan aplikasi PeduliLindungi. “Dengan kata lain, yang kami dorong adalah tupoksi kami di Disperindag,” jelasnya.

Menurutnya, pasar ekspor juga tidak dengan mudah menerima produk. Sehingga, Disperindag Jatim mengupayakan fasilitas standarisasi produk. Misalnya, bimbingan ISO 91, uji nutrisi, sertifikasi halal, hingga uji produk. Semua fasilitas itu bertujuan untuk meningkatkan daya saing dalam dan luar negeri.

“Kami juga ada Export Center yang disediakan oleh Kemendagri khusus untuk pasar luar negeri,” jelas Drajat. Sehingga, mampu membentuk jaringan dan ekosistem yang paripurna. Sejak pemilihan bahan baku, proses pengolahan, pengemasan produk, hingga menjual ke pasar.

Upaya-upaya lain juga dilakukan. Menggelar pameran produk di dalam dan luar Jatim. Hingga menciptakan misi dagang dengan mempertemukan pemain dagang antar provinsi maupun negara. “Jadi, industri dan perdagangan memang segala-galanya bagi Jatim,” tandasnya.

Sementara itu, Kamar Dagang Industri (Kadin) Jatim terus mendongkrak upaya ekspor. Belakangan telah menjalin kerjasama dengan berbagai negara. Yakni untuk melakukan pertukaran komoditas. Salah satunya dengan Arab Saudi.

”Kemarin kami melakukan pertemuan dengan salah satu pengusaha dari Riyadh. Kami masih diskusi produk-produk apa saja yang sekiranya bisa dikerjasamakan,” ujar Ketua Komite Pengembangan Kawasan Kamar Dagang Industri Jatim Fitrajaya Purnama.

Menurutnya, harus ada upaya-upaya lebih yang dilakukan untuk mendongkrak ekspor di Jatim. Yakni dengan memperhatikan persoalan-persoalan yang ada. Misalnya, soal pengiriman barang di pelabuhan. Itu sangat mendesak untuk diselesaikan.

Fitra menyarankan agar Pemprov Jatim mengambil peran dan menjadi bagian dari solusi atas persoalan tersebut. Meski, pelabuhan merupakan kewenangan pemerintah pusat dan Pelindo. Sebab, pengiriman barang yang terhambat bakal berimbas kepada produksi.  “Tapi, jika mau melakukan terobosan-terobosan, harus segera mengambil peran di situ. Toh, itu juga persoalan internasional,” jelasnya.

Lalu, bagaimana dengan sektor impor di Jatim?

Impor Jatim punya tujuan tertentu. Lebih banyak mendatangkan barang modal semacam mesin. Sebab, itu untuk membantu proses produksi. Misalnya, mesin, mesin kapal, traktor, turbin, dan alat angkut.

Tags :
Kategori :

Terkait