SURABAYA punya banyak tempat bersejarah. Lokasi-lokasi itu memiliki banyak potensi untuk meningkatkan wisata yang ada di Surabaya. Salah satunya kawasan Peneleh. Kemarin komunitas Begandring Soerabaia mengajak wisatawan jalan-jalan di kawan itu.
Koordinator Forum Begandring Soerabaia Kuncarsono Prasetyo mengatakan, agenda tersebut sudah dilakukan sejak tiga tahun lalu. Awalnya, jalan-jalan menilik daerah Peneleh hanya dilakukan internal komunitas. Juga, orang-orang yang berkepentingan untuk mengetahui sejarah. Misalnya, sejarawan, pendidik, maupun mahasiswa.
Namun, lambat laun peminatnya makin bertambah. Bahkan, tidak jarang ada yang dari mancanegara. ”Tapi, kalau dari luar negeri itu biasanya untuk penelitian. Atau memang punya sanak keluarga yang dimakamkan di daerah sini,” ujarnya.
Sejak bulan Juni, Kuncar bersama teman komunitasnya membuat program Subtrack. Mereka akan berkeliling ke tempat bersejarah di Surabaya. Agenda itu dibuat secara rutin. Rencananya dua minggu sekali mereka menawarkan paket keliling tempat bersejarah.
Kemarin merupakan kali kedua Subtrack berjalan. Kuncar mengajak wisatawan ke Makam Peneleh. Tempat itu merupakan makam terbesar saat awal pembangunannya. Makam berisi orang-orang Eropa dan Jepang. Bahkan, beberapa pejabat Hindia Belanda dikebumikan di sana.
Kuncar menjelaskan, gapura Makam Peneleh sempat rusak karena perang 10 November. Lengkungan atas gapura sudah roboh. Bahkan, di beberapa bagian tembok maupun pagar makam terdapat lubang. ”Itu bekas peluru,” terangnya.
Program Subtrack sempat terhenti karena pandemi meledak di Surabaya pada akhir Juni. Saat Subtrack pertama, para wisatawan diajak ke kawasan Jembatan Merah. Mereka diajak bernostalgia perang kemerdekaan.
Kuncar mengatakan, sebenarnya Surabaya memiliki banyak potensi wisata sejarah. Contohnya, kawasan Peneleh yang terkenal dengan sejarah dari masa ke masa. Juga, Jembatan Merah. Namun, ia menyayangkan kurangnya perhatian pemerintah terhadap tempat bersejarah. Bahkan, tidak sedikit bangunan berstatus cagar budaya yang ditelantarkan. Bahkan, ada yang dirobohkan. Salah satunya rumah radio Bung Tomo.
Komunitas Begandring Soerabaia sudah mendorong pemkot agar lebih waspada terhadap cagar budaya. ”Di DPRD juga ada pembahasan revisi perda cagar budaya,” ungkapnya.
Kemarin anggota DPRD Komisi D Dyah Katarina juga hadir dalam acara tersebut. Dia mengatakan, DPRD sedang menggodok perda revisi mengenai cagar budaya. Namun, belum selesai dibahas.
Selain itu, dia datang untuk melihat potensi wisata seperti yang dilakukan Komunitas Begandring Soerabaia. ”Ke depan pemkot bisa meniru perjalanan wisata seperti ini,” katan politikus PDIP tersebut.
Sementara itu, salah seorang peserta Subtrack, Radian Jadid, cukup senang dengan perjalanan tersebut. Menurutnya, masih banyak potensi wisata di Surabaya yang bisa dikembangkan. Bahkan, wisata sejarah itu bisa berdampak domino terhadap perekonomian masyarakat sekitar. ”Masyarakat bisa menjadi UMKM sekitar. Jadi, wisata senang, warga sekitar juga senang,” katanya. (Andre Bakhtiar)