Banca Stiavnica. Terdengar asing di telinga. Tapi kota yang terletak tepat di tengah Slovakia itu telah dijajaki segala bangsa sejak dulu. Kini kota tersebut menjadi destinasi wisata sejarah. Berikut cerita Maria Yesy Kristanti, traveler, yang menetap di Bratislava, Slovakia. Yang disampaikan dengan gaya bertutur.
SEMUA yang ada di Banca Stiavnica: dinding panjang tepi jalan, rumah kuno, kediaman Kaisar Romawi maupun gereja yang telah berusia ratusan tahun.
Aku mengimajinasikan seandainya benda-benda hasil peradaban Slovakia lampau itu bisa memproyeksikan masa lalu secara tiga dimensi, maka dari celah-celah dinding akan menyorot sinar menuju ke tanah lapang tempatku berdiri. Aktivitas masyarakat masa lalu akan tampak jelas berlalu-lalang di sekelilingku.
Perempuan-perempuan Romawi dengan stola yang menjuntai sebatas lutut, membawa keranjang-keranjang buah. Atau para saudagar Yunani yang ketika musim dingin hampir tiba, mengenakan himation tebal hasil tenunan wol, sutra, dan katun. Dikaitkan memutar ke seluruh tubuh.
Beberapa pedagang tempo dulu berjalan dengan menunduk. Memanggul wadah berisi biji-biji emas. Emas? Ya, dulu, Banca Stiavnica terkenal sebagai daerah penghasil emas. Masyarakat Eropa dari negara lain berbondong-bondong datang. Termasuk Kaisar Romawi.
Jika Anda melihat peta Slovakia, letak Banca Stiavnica berada tepat di tengah. Jaraknya dari tempatku, Bratislava, bisa ditempuh sekitar satu setengah jam.
Pemandangan sepanjang perjalanan sangat menarik. Letak Banca Stiavnica memang berada di daerah pegunungan. Aku menikmati naik-turunnya jalan, suasana hutan Eropa yang masih asri, juga kastil-kastil tua di atas bukit.
Sebelum sampai ke Banca Stiavnica, kita akan melewati pemukiman gipsi. Di sana tinggal kaum gipsi, atau para pendatang yang hidupnya bebas. Bola mata mereka berwarna abu-abu. Kulitnya kemerahan. Biasanya, saat melewati pemukiman itu, mobil pengunjung akan dicegat anak-anak peminta-minta. Tapi waktu aku lewat akhir pekan lalu (16/10), mereka tak nampak.
Sampai di Banca Stiavnica, kuparkir mobil di tempat parkir pinggir jalan. Kota itu sangat klasik. Jalan kota bersih. Dinding-dinding dan berbagai bangunannya berarsitektur khas Eropa abad pertengahan. Di tengah plasa—semacam alun-alun—terdapat air mancur.
Di kejauhan tampak bangunan gereja yang dibangun sekitar tahun 1600-an. Puncaknya menjulang seperti kastil. Kabarnya, gereja itu dibangun khusus untuk persemayaman orang meninggal. Atau upacara-upacara pemakaman.
Ketika aku berkunjung ke sana, suasana sangat lengang. Bukan karena pandemi. Pandemi di Slovakia sudah jauh berkurang. Masyarakat telah divaksin. Suasana sunyi ini terjadi karena Eropa hendak memasuki musim dingin. Musim gugur di sini memang belum berakhir. tapi hawa dinginnya telah menusuk tulang. Sekitar 7 derajat celsius.
Sebagai kawasan pertambangan emas, Banca Stiavnica di masa lalu banyak dikunjungi oleh pebisnis Eropa. Termasuk kelompok pebisnis Lions Club yang telah eksis selama ratusan tahun. Tak hanya itu, seniman, penyair, filsuf dan sebagainya kerap datang ke kota ini. Mengadakan pertemuan-pertemuan serta pertunjukan kesenian. Bangunan yang dulu mereka jadikan tempat berkumpul juga masih ada.
Di tiap bangku kayu yang berjajar di sepanjang jalan kota, terdapat kalimat yang diambil dari bait puisi karya penyair Eropa di masa lalu. Tampak sebuah kursi dengan patung dua orang yang sedang membaca. Di papan sandarannya terdapat puisi: Sweet desires, desires for love. I’m singing with beauty enthused.