WAHYU Buana Putra Morita hanya bisa tertunduk sambil menahan kepalanya dengan tangan. Itu ia lakukan sambil mendengarkan keterangan para saksi. Hari itu (16/11) empat saksi dihadirkan. Mereka adalah Fugita (paman Jose Marvel), Jericho Akbar Saputra, Teresia Saputri, dan Siti Meu Amiratin.
Ia terlihat menyesal atas perbuatan yang telah dilakukan. Tanpa terasa air matanya keluar. Hanya karena mengingini handphone (HP) milik korban, Jose Marvel, ia sampai menghabisi nyawa Jose. Pun HP itu hanya dijual terdakwa seharga Rp 500 ribu.
Terdakwa melancarkan niat jahat tersebut melalui anak kandungnya. Yaitu, Diondi dan Denzel Sebastian. Di hari kejadian, kedua anak terdakwa dua kali datang ke rumah Jose di Jalan Kumpang Krajan. Korban tinggal bersama kakek dan ibunya. Kos-kosan terdakwa dengan tempat tinggal Jose hanya beda gang.
Kedatangan pertama, Jose masih tidur. Kali kedua, kebetulan korban sudah bangun. "Saya yang bukakan pintu dan menyuruhnya masuk. Saya panggil Jose. Saya bilang ini ada temanmu datang. Mau ngajak main. Lalu, saya kasih minum," kata kakek korban, Budianto, seusai persidangan. Siang itu memang hanya ia dan Jose yang berada di rumah.
Akhirnya korban pergi dengan anak terdakwa. Saat mereka pergi, kakek Jose sedang keluar. "Saya gak tahu kalau mereka pergi. Karena saat itu saya keluar pergi beli nasi. Saya cuma lihat pintu rumah terbuka. Tapi, pintu pagar terkunci. Lama ia tidak balik, saya telepon, nomor HP-nya tidak aktif," tambahnya.
Saat di jalan, Jericho dan Siti melihat keduanya pergi bersama. Siti heran. Sebab, dia mengenal Jose adalah anak yang tertutup. Dia bisa berteman hanya dengan segelintir orang. "Tapi, saya kaget kok hari itu Jose jalan sama orang baru," terangnyi.
Terdakwa terhitung baru tinggal di tempat tersebut. Tidak banyak orang yang mengenal terdakwa. Beberapa jam kemudian, tidak disengaja, Teresia bertemu dengan terdakwa dan anaknya. Mereka pergi terburu-buru dengan muka panik. Dia sempat menegur, tapi tidak direspons terdakwa.
"Saat saya lihat di rumahnya, ada sandal orang lain. Kunci rumahnya juga masih nyantol di pintu. Setelah itu, saya buka. Ada Jose tergeletak. Ada darah di kepalanya. Setelah itu, saya langsung kabari Jericho," ungkapnyi.
Setelah mendengar informasi tersebut, sahabat Jose langsung mengabari kakek korban. Sang kakek langsung menghubungi anaknya, yaitu Fugita. Setelah itu, ia langsung ke kos terdakwa. Sesampai di sana, rumahnya sudah ramai dengan kerumunan warga.
"Saya tidak bisa langsung melihat karena sudah ramai. Saat itu saya cuma masuk sebentar. Habis itu orang langsung tutup lagi pintunya. Saya tidak dibolehkan masuk. Saya lihat Jose duduk di sudut. Saya lihat tatapannya kosong. Tapi, banyak darah di sekitarnya," ungkapnya.
Pun saat itu Fugita datang. Setelah itu, dia menghubungi polisi. Jose akhirnya dibawa ke rumah sakit untuk dirawat. Kritis. Sempat dirawat satu minggu. Barulah ia meninggal. Awalnya ia tidak mengetahui tentang kejadian yang menimpa keponakannyi tersebut. Barulah dari polisi ia mengetahui.
"Jose meninggal karena dipukul paving blok di kepalanya. Setelah itu, HP-nya diambil, terus dijual. Memang saat di kamar kos ada satu paving blok tidak jauh dari Jose. Di kepala Jose juga ada benjolan. Sangat besar," ungkapnya. (Michael Fredy Yacob)