INDEKS pembangunan manusia (IPM) Jawa Timur mencapai 72,14 pada tahun ini. Tumbuh 0,60 persen dari tahun sebelumnya. pertumbuhan itu dipengaruhi oleh pemulihan ekonomi dan sosial di tengah pandemi Covid-19. IPM merupakan perbandingan harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup.
Tentu, diikuti oleh tumbuhnya seluruh indikator pembentuknya. Di antaranya, indeks kesehatan, pendidikan, dan pengeluaran per tahun. Pertama, indeks kesehatan diukur dengan usia harapan hidup. Tercatat, bayi yang lahir pada tahun ini memiliki harapan untuk dapat hidup hingga usia 71,38 tahun.
“Itu lebih lama sekitar 0,08 tahun dibandingkan yang lahir pada tahun sebelumnya,” kata Kepala Badan Pusat Statistik Jawa Timur Dadang Hardiwan saat konferensi pers virtual, kemarin (16/11). Pertumbuhan juga terjadi pada indeks pendidikan. Harapan lama sekolah tahun ini tercatat sebesar 13,36. Lebih tinggi sekitar 1,29 persen dibanding tahun sebelumnya.
Begitu juga dengan rata-rata lama sekolah tahun ini mencapai 7,88. Meningkat sebesar 1,29 persen dari tahun lalu. Indikator pengeluaran per kapita tumbuh 0,91 persen menjadi Rp 11.707.000 pada tahun ini. “Dalam satu dekade terakhir, pembangunan manusia di Jawa Timur terus mengalami kemajuan. Tahun 2010 hanya 65,36,” jelas Dadang.
Rata-rata tumbuh sebesar 0,90 persen tiap tahun. Bahkan, bertahan di level tinggi sejak 2017 lalu. Usia harapan hidup pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Misalnya, usia harapan hidup hanya sampai 68,89 tahun pada 2010.
Yang menggembirakan, kata Dadang, angka harapan lama sekolah tumbuh tiap tahun. Rata-rata sebesar 1,38 persen. Itu berarti semakin banyak penduduk yang bersekolah. Semakin membaiknya pendidikan akan membantu proses pembangunan secara umum.
“Kalau dilihat pada capaian tahun ini bisa diartikan bahwa anak-anak usia 7 tahun punya peluang untuk menamatkan pendidikan hingga lulus D1. Kualitas hidup atau standar hidup layak yang diwakili oleh pengeluaran per kapita juga meningkat,” katanya.
Sementara itu, IPM Kota Surabaya menjadi yang tertinggi mencapai sebesar 82,31 pada 2021. Pun usia harapan hidup warganya tertinggi mencapai 74,18 tahun. Termasuk pada tahun sebelumnya bersama Kota Malang, Kota Madiun, dan Kabupaten Sidoarjo. Bahkan masuk level sangat tinggi.
“Ya, IPM kita memang membaik. Tapi tidak terlalu banyak,” ujar Sosiolog Universitas Airlangga Surabaya Prof Bagong Suyanto kemarin. Menurutnya, ada beberapa penyebab IPM tidak anjlok meski di tengah hantaman pandemi Covid-19. Salah satunya, fondasi masyarakat Jatim cukup kuat.
Banyak fasilitas dan infrastruktur kesehatan, pendidikan, maupun ekonomi yang tidak terlalu terpengaruh oleh pandemi. Terutama di kota-kota besar seperti Surabaya. “Seluruh infrastrukturnya sudah on the track. Sehingga penyelesaian sosialnya juga baik,” singkatnya. (Mohamad Nur Khotib)