Denim Kolaborasi Indonesia-Belanda, Tak Bikin Capek di Kaki

Selasa 23-11-2021,04:20 WIB
Editor : Heti Palestina Yunani

Dilanjutkan dengan potongan pada bagian pinggan yang dibuat lebih lega. Sehingga memberi ruang agar lebih bebas bergerak. Bagian bawah yang lebih ramping juga dibuat untuk mengakomodasi perpaduan dengan sepatu boots atau sneaker.

Tipikal denim kontemporer yang mengakomodasi bermacam kebutuhan pria masa kini. Detail-detail penunjang pun turut dihadirkan. Mulai dari kancing dan rivets yang terbuat dari tembaga serta patch berbahan kulit nabati dengan identitas dua kolaborator.

Patch pada bagian atas saku belakang dibuat dari kulit sapi nabati. Seiring berjalannya waktu, warnanya akan menjadi kecokelatan tua. (Hans Jellema untuk Harian Disway)

Semua dibuat secara handmade oleh pengrajin denim tanah air. Proyek tersebut sekaligus menunjukkan bahwa masa pandemi tidak menyurutkan para denimhead untuk berkarya. Mereka tetap berkreasi dengan menuangkan ide walau terbatas jarak.

Buat Jason, Covid-19 tidak menurunkan penjualan barang-barangnya. Terlepas dari celana kolaborasi dengan Robin Denim yang terjual habis dalam hitungan hari di Indonesia dan Belanda.

Pandemi juga tidak terlalu berpengaruh pada penjualan karena terdorong pembelian daring yang cukup besar. Namun, proses produksi dikeluhkannya masih belum bisa beroperasi seperti sedia kala walau permintaan tetap tinggi.

”Kami harus mengatur jam kerja. Serta mengurangi waktu operasional di toko dan bagian produksi. Kesehatan kru juga prioritas utama karena situasinya memang sedang sulit. Ini semua demi keamanan bersama,” tukas Jason.

Secara umum, Blue States Denim merupakan tempatnya berkarya terinspirasi dari kultur rock n roll di Amerika Serikat pada 1980-an. Pada kala itu, kebanyakan rockstar tampil mengenakan celana jins, boots, jaket kulit hitam, dan berambut gondrong. Motley Crue, Guns n Roses, Kiss, sampai Metallica sebagai inspirasi dalam membuat produk.

Produk spesial ini terjual habis dalam waktu cepat. Menandakan kalau keduanya punya penggemar setia dari negara masing-masing. (Hans Jellema untuk Harian Disway)

Jika dilihat ke belakang, semua karena Jason sudah suka denim sejak SMA. Namun, orang tuanya melarang beli karena harganya terbilang tinggi untuk kantong pelajar. Tapi ia berhasil menabung dan membeli celana denim. Hingga menekuninya sampai membuat brand sendiri dibantu oleh adiknya.

Kini, Blue States Denim menjadi salah satu rujukan bagi penggiat fashion utamanya denim di tanah air. Harga produk yang sampai jutaan Rupiah kerap ludes dengan cepat. Menandakan kalau mereka punya peminat yang banyak. (Ajib Syahrian)

Tags :
Kategori :

Terkait