Rumit tapi Bikin Rileks

Kamis 02-12-2021,04:00 WIB
Editor : Heti Palestina Yunani

Melukis dengan gaya dekoratif yang detail dan rumit memberi efek terapis bagi Hermin Fuji Kristanti. Mampu melupakan kesedihan masa lalu. Bahkan membantunya merasa tenang dan nyaman.

Menyusuri alur garis yang membentuk motif dalam lukisan Hermin sangat menyenangkan dan tak membosankan. Bagai menikmati Seaside Rendezvouz bergaya disney waltz milik Queen yang diciptakan Freddie Mercury.

Irama riang, ceria, lucu, ditambah dengan paduan bunyi-bunyian tak lazim seperti bunyi pir yang ditekan kemudian dilepaskan, triangle, terompet dan klarinet yang dibunyikan spontan serta ketukan ritmis bertalu-talu yang mirip irama tap dance.

Masih tentang Seaside Rendezvouz yang ada dalam album Queen: A Night in The Opera. Lukisan Hermin layaknya sebuah opera dalam bentuk visual: ornamen dalam tiap sudutnya bernada dan berkisah.

Saling mengisi, detail, serta gradasinya yang mengalun rancak. Seperti halnya rangkaian part dalam kesatuan komposisi klasik. Sedangkan di sisi lain, penyanyi dalam opera yang menjadi pusat perhatian mendapat tempatnya lewat penajaman warna.

”Saya melukis sekaligus sebagai terapi. Dengan melukis motif-motif yang detail, saya menemukan ketenangan hati. Memberi rasa damai dalam pikiran,” ungkapnya.

Pada 2016 dia mulai aktif melukis. Sedangkan karakter dekoratifnya itu juga baru ia dapat dan tekuni sejak 2020. Ornamen dan segala motif yang ada dalam lukisannya pun cenderung bebas.

Tak melulu terikat dengan motif-motif dari tradisi tertentu. Sebuah objek yang beberapa kali muncul dalam lukisannya adalah salib. Sebagai bentuk dari sisi religiusitasnya.

”Selain melukis, terapi juga bisa dilakukan dengan berdoa. Refleksinya adalah, bahwa saya dapat hidup sampai hari ini karena keterlibatan Tuhan,” terang perempuan 44 tahun itu.

Dalam karya-karyanya seperti Ik Hou van Jou Schat dan Schatje, salib tersebut tersambung dengan sulur-sulur garis yang menjalar membentuk berbagai motif. Seolah menggambarkan kasih Tuhan yang merasuk ke segala arah dan sampai pula menuju hati manusia.

Sejak kecil Hermin gemar melukis. Apa saja coba dilukisnya dan kedua orang tuanya memberi semangat. Setelah lulus SMA, ia kuliah di Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Udayana, mengambil jurusan interior.

”Jadi waktu kuliah dulu saya sering menggambar bidang datar, geometris untuk interior dan semacamnya,” ujarnya.

Bisa jadi karena kebiasaan menggambar geometris tersebut, lukisan dekoratifnya juga lekat dengan bidang-bidang seperti halnya kubisme.

”Mungkin bisa seperti itu. Tapi saya genre-genrean enggak begitu paham. Yang penting melukis, mengikuti kata hati dan gerak tangan,” ujar guru seni rupa SMP Kristen Petra 3 tersebut.

Tags :
Kategori :

Terkait