Jajaran direksi PDAM dan pejabat Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) Surabaya bertemu kemarin. Solusi yang harus diambil adalah membeli pompa untuk IPAM Ngagel. “Meskipun air turun, kita tetap bisa alirkan ke IPAM,” ujar Alumnus Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya tersebut.
Namun mendatangkan pompa tidak bisa sekejap. Perlu anggaran dan pengadaan. Desain dan jaringan pompa juga harus disusun.
PDAM menggandeng ITS untuk mendesain pompa tersebut. Diharapkan semuanya sudah siap bulan ini. Sebab debit air hujan akan terus meningkat pada pergantian tahun.
Wakil Ketua Komisi C DPRD Surabaya Aning Rahmawati juga mengumpulkan pakar ITS untuk membahas solusi banjir Surabaya. Para akademisi itu dilibatkan dalam penyusunan draft raperda penanggulangan banjir yang akan dibahas 2022. “Kami perjuangkan raperda itu dan kemarin berhasil masuk BPP (Badan Pembentukan Perda),” kata alumnus Teknik Lingkungan ITS itu.
Aning melihat penanganan banjir lebih banyak dilakukan secara kuratif. Langkah preventif seperti mengevaluasi Surabaya Drainage Master Plan (SDPM) belum dilakukan.
Ia melihat SDMP hanya mengatur saluran utama perkotaan. Sedangkan saluran permukiman belum tercantum di dalamnya. Jika data SDMP belum detail, dia yakin titik genangan akan bertambah setiap tahun.
Apalagi, kota terus berkembang. Banyak daerah kosong yang kini sudah jadi kawasan padat. Penataan pengembangan baru juga akan diatur dalam raperda penanganan banjir tersebut.
Raperda itu juga mengatur pemanfaatan air hujan untuk kebutuhan air minum kota. Aning melihat potensi itu belum dijamah sampai sekarang.
Hujan justru jadi problem bagi PDAM. Ketika debit air tinggi, pompa dan pintu air turut membuat sungai keruh. Penurunan kualitas air tersebut membuat PDAM harus menambah ongkos belanja bahan kimianya untuk menetralkan air baku menjadi air layak mandi. (Salman Muhiddin)