Didi Tak Lagi Melantai di New York

Minggu 05-12-2021,17:05 WIB
Editor : Doan Widhiandono

RAKSASA taksi online di Tiongkok, Didi Chuxing, kemarin mengatakan bahwa perusahaannya sedang mempersiapkan penghapusan sahamnya dari bursa New York. Mereka juga akan mulai menjual saham itu di lantai bursa Hong Kong. Sebelumnya, regulator di AS mengeluarkan aturan yang memungkinkan mereka untuk menghapus perusahaan asing dari pasar saham domestik.

Pada Juni, Didi meluncurkan IPO yang diperkirakan meraup modal besar dari pasar saham New York. Tetapi, mereka langsung diselidiki oleh pemerintah Tiongkok. Sehingga harga saham Didi pun anjlok. 

Padahal, Didi cukup digdaya di Tiongkok. Aplikasinya diklaim punya lebih dari 15 juta pengemudi dan 500 juta pelanggan. 

Nah, itulah yang diwaspadai oleh Tiongkok. Bahwa keamanan dalam negeri menjadi rentan kalau Didi melantai di bursa New York. Khawatir ada data sensitif yang bocor ke luar negeri.

’’Didi disarankan oleh regulator Tiongkok untuk mendaftar di Hong Kong daripada New York karena masalah keamanan data", kata Angela Zhang, profesor hukum di Universitas Hong Kong.

Awalnya, Didi tak langsung menghiraukan. Sehingga Beijing pun memberi tekanan keras. ’’Karena itu, mulai sekarang, semua perusahaan teknologi di Tiongkok akan memperhatikan masalah keamanan data sebagai sesuatu yang serius,’’ ucap Angela seperti dikutip Agence France-Presse .

Di lain pihak, beberapa perusahaan teknologi Tiongkok yang sebelumnya terdaftar di AS juga mulai memilih bursa Hongkong. Sebab, Paman Sam terus meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan Tiongkok. Sebut saja, Alibaba.

Listing di Hong Kong dipandang bisa melindungi risiko yang bisa muncul di bursa AS. Dengan melantai di Hong Kong, perusahaan-perusahaan itu bisa mengakses investor yang lebih dekat dengan pasar riil mereka.

Selain tekanan domestik, perusahaan Tiongkok juga menghadapi pengawasan baru di bursa Wall Street. Kamis (2/12), regulator pasar AS mengumumkan penerapan aturan yang memungkinkan mereka untuk menghapus perusahaan asing jika mereka gagal memberikan informasi kepada auditor.

Langkah itu ditujukan terutama untuk perusahaan-perusahaan Tiongkok. Salah satu yang harus diungkapkan secara terbuka yakni, apakah perusahaan itu "dimiliki atau dikendalikan" oleh pemerintah.

Beijing marah terhadap aturan tersebut. Kemarin, mereka menyebut bahwa aturan anyar itu adalah penindasan politik AS terhadap perusahaan-perusahaan Tiongkok.

"Kami mendesak pihak AS untuk memastikan bahwa mereka memberi lingkungan yang adil dan setara bagi perusahaan-perusahaan Tiongkok. Jangan malah memasang penghalang," kata juru bicara kementerian luar negeri Zhao Lijian kepada wartawan.

Keputusan delisting itu sejatinya menjadi pukulan besar bagi Didi yang telah mengumpulkan USD 4 miliar dalam IPO di New York. Saham Didi pun ditutup turun 0,13 persen menjadi USD 7,80 pada sesi perdagangan terakhirnya. Padahal, harga IPO beberapa bulan lalu masih USD 14 per lembar saham. (Doan Widhiandono)

 

Tags :
Kategori :

Terkait