Kebudayaan, Liburan, dan Romantisme

Kamis 09-12-2021,05:44 WIB
Editor : Heti Palestina Yunani

Genjreng Guitar Orchestra (GGO), kelompok musik orkestra berbasis ansambel gitar klasik asal Yogyakarta, menggelar pementasan keenam. Kali ini komposisi musik itu dipadu dengan drama musikal.

Bertema besar Lost Miracle: Beyond the Night, a Miracle is Waiting dengan tajuk Nuansa Gitar Bergema #6, acara berlangsung di Concert Hall, Taman Budaya Yogyakarta. Disiarkan secara online melalui akun YouTube Genjreng Guitar Orchestra, pada Sabtu, 4 Desember lalu.

Dalam pementasan virtual itu, intro sudah terdengar sebelum tirai panggung dibuka. Nuansa akustik dengan latar bunyi woodwind dan alat musik elektrik sangat terasa. Ketika selubung hitam itu dibuka perlahan, konduktor Ahmad Fahmil Ainul Yaqin mengatur ritme para pemain.

Seorang gadis dengan face shield menatap sekilas dengan senyum. Gitar di tangannya. Sesekali dia melihat notasi. Sementara puluhan musisi duduk berjajar dengan alat musiknya masing-masing. Ansambel gitar melodis dimainkan beramai-ramai.

Di sela itu, ada suara woodwind. Alat musik seperti seruling itu mengisi dengan lembut. Berpadu dengan gitar elektrik yang memainkan rythm dengan volume sedikit lebih tinggi. Sehingga bagian-bagian kosong dalam komposisi dapat terus terpenuhi.

Kelompok gesek mengiringi permainan ansambel besar yang memadukan drama dan musik, yang membuat konser Genjreng Guitar Orchestra keenam kali ini tampil berbeda. (GGO untuk Harian Disway)

Tangan kanan konduktor bergerak. Diikuti slide bass perlahan dari nada rendah ke nada tinggi. Repertoar musik awal telah selesai. Layar gelap.

”Seorang pelajar bernama Slamet yang ingin menghabiskan akhir pekannya dengan berlibur. Weekend, ia ingin menghabiskan waktunya ke luar kota.” Demikian pengantar pembuka cerita dalam pementasan.

Ketika Slamet sampai ke tujuannya di Jakarta, bunyi rambu stasiun kereta api penanda kereta tiba terdengar. Di ibu kota, Slamet bertemu dengan Juleha, pujaan hatinya. Sosoknya berada dalam panggung terpisah. Disambut oleh kawannya yang berlogat Betawi.

Tirai panggung musik kembali terbuka, terdengarlah irama dentuman drum ala rock and roll, dipadu dengan petikan melodis dari ansambel gitar. Terdengar komposisi Kompor Mleduk karya Benyamin S.

Denting pentatonis memainkan lagu populer tersebut. Di tengah part terdapat syncope atau penempatan tekanan berirama atau aksen. Mencuplik nuansa melodis intro Sunshine of Your Love karya Cream.

Penampilan kelompok gitar ansamble besar dalam konser Genjreng Guitar Orchestra yang dipandu Ahmad Ainul Fahmil Yaqin sebagai conductor. (GGO untuk Harian Disway)

Band bentukan Eric Clapton yang bernuansa rock and roll itu terlihat menyatu. Ketika unsur melodisnya dimasukkan dalam komposisi Kompor Mleduk. Irama combo dari para player elektrik semakin menguatkan nuansa rock and roll komposisi Kompor Mleduk.

Semakin variatif ketika unsur string dan woodwind menautkan unsur melodi dan rythm section yang jazzy. Selain Kompor Mleduk, ada Keroncong Kemayoran, Pandangan Pertama, Nongkrong di Warung Kopi, Hujan Gerimis Aje, Ondel-ondel, Merindukanmu dan Kamu Harus Pulang.

Pada perhelatan ini, untuk pertama kalinya Genjreng Guitar Orchestra memasukkan unsur drama. Mereka memasukkan unsur budaya Betawi dalam pertunjukan. Tak hanya dari komposisi musik. Melainkan juga dari kostum yang dikenakan sebagian besar pemain.

Tags :
Kategori :

Terkait