Etos Kerja Oknum Polisi di Jakarta

Selasa 14-12-2021,04:00 WIB
Editor : Yusuf M. Ridho

Di unggahan medsos itu, Meta menceritakan pula soal laporan dia ke polisi di Polsek Pulogadung. Laporan polisi, seketika malam itu juga. Begini:

"Saya nyebut. Di dalam tas isi lima ATM, satu kartu kredit, KTP, SIM. Uang Rp 7 juta."

Dilanjut: "Ee... Pak Polisi bilang: Ngapain sih, ibu punya ATM banyak-banyak? Kalau gini kan jadi repot kita. Percuma. Kalau dicari pelakunya, percuma. Memang ibu enggak tahu, admin banyak ATM itu mahal?"

Meta mengaku kaget dengan respons polisi. Juga jengkel. Tapi, ia menuruti saja petunjuk polisi, mengisi formulir laporan. Selesai.

Meta: "Setelah itu, udah. Pak Polisi diem aja. Tidak ada tindak lanjut, prosedurnya apa, setelah saya dirampok, gitu."

Ternyata polisi menyuruh Meta pulang. "Sudah... Ibu pulang aja. Tenangin diri," ujar Meta.

Dilanjut: "Dalam hati saya, Pak... kalau ini gampang, mah anak SD saya minta tolong bantu nyari penjahatnya. Saya enggak habis pikir. Saya kecewa banget. Kasus nggak ditanganin, malah saya diomelin."

Semua itu diunggah Meta di medsos. Warganet heboh. Polda Metro Jaya bertindak.

Stop. Tidak ada kejahatan di proses laporan itu. Tidak ada pelanggaran hukum. Cuma soal etos kerja.

Etos kerja orang Indonesia, di pekerjaan apa pun, punya stereotipe khas. Ada sisi negatif, juga positif. Di laporan Meta itu, kebetulan negatif. Untuk becermin, perlu diketahui etos kerja orang Indonesia di mata orang asing.

Dikutip dari FactsofIndonesia, web penyedia info budaya Indonesia terhadap investor asing, disebutkan 15 stereotipe etos kerja Indonesia. Sisi positif dan negatif.

  1. Memanggil Atasan. Di tempat kerja mana pun di Indonesia, sangat penting, orang tidak bisa seenaknya memanggil orang lain dengan nama depan. Melainkan harus ”bapak” atau ”tuan”. Atau ”ibu”.
  2. Membuat Pemimpin Bahagia. Pekerja Indonesia selalu ingin membuat pemimpin mereka, atau klien, bahagia dengan melakukan apa pun yang mereka inginkan. Walaupun sesungguhnya bisa jadi sebaliknya.
  3. Menghindari Konflik. Pekerja berusaha semaksimal mungkin menghindari segala bentuk konflik. Baik terhadap rekan kerja. Apalagi terhadap klien. Mereka lebih suka menasihati.
  4. Kolega Menjadi Teman. Tidak seperti di negara lain, di mana ada garis tegas antara rekan kerja dan teman, Indonesia mengaburkan garis ini. Kolega adalah teman.
  5. Kritik Pribadi. Menjaga kritik secara pribadi. Artinya, jika Anda mengkritik pekerja Indonesia, jangan di depan umum, seperti halnya di negara Barat. Kritiklah ketika hanya berdua.
  6. Menyapa yang Paling Senior Pertama. Ini tanda hormat. Tapi, berdasar hierarki. Yang paling senior duluan.
  7. Menghindari Kebisingan Keras. Disarankan bagi pekerja untuk menurunkan volume suara mereka saat berbicara satu sama lain.
  8. Memberi Jabat Tangan. Berjabat tangan adalah aspek penting ketika bertemu seseorang untuk kali pertama di dalam tempat kerja.
  9. Meminta Izin saat Meminjam Barang. Beberapa pekerja akan mengizinkan Anda untuk meminjam barang-barang mereka selama Anda meminta izin terlebih dahulu.
  10. Pakaian Kerja. Kecuali perusahaan punya seragam, para pekerja mengenakan pakaian yang konservatif.
  11. Memasuki Kamar Sesuai Jabatan. Ketika ada beberapa orang akan masuk ruangan yang sama, ada aturan tidak tertulis bahwa yang tertua atau yang memiliki jabatan tertinggi harus masuk terlebih dahulu.
  12. Komunikasi Tidak Langsung. Budaya kerja khusus itu terkait dengan budaya di mana orang Indonesia lebih suka menghindari konflik. Mereka memberikan kode tertentu, yang sulit kita tangkap maksudnya.
  13. Bekerja Mendekati Batas Waktu. Orang Indonesia paling suka menunda pekerjaan. Tapi, begitu mendekati batas waktu, mereka bekerja giat. Sangat unik.
  14. Menunjukkan Rasa Syukur. Dalam kondisi apa pun, mereka selalu bersyukur. Termasuk saat sulit. Bahkan, saat gagal melaksanakan tugas.
  15. Tamasya Karyawan. Di negara lain ini juga ada. Tapi, di perusahaan Indonesia hal tersebut semacam wajib. Minimal setahun sekali.

Aipda Rudi di Polsek Pulogadung yang dilapori Meta sesuai dengan stereotipe tersebut. Yakni, di nomor dua. Asal Bapak atau Ibu senang. Meta disuruh pulang agar menenangkan diri.

Rudi juga cocok dengan nomor tiga. Menghindari konflik, lebih suka menasihati: "Ngapain Ibu Meta punya banyak-banyak ATM. Adminnya mahal, tau..."

Yang, justru menjengkelkan Meta.

Rudi juga cocok dengan nomor 12. Komunikasi tidak langsung. Ini yang paling sulit dimengerti. Bukan hanya bagi orang asing, juga bagi kita sendiri.

Maksudnya, pekerjaan mengejar pejahat itu tidak gampang. Tidak bisa, Meta menunggu sambil duduk di kantor polisi untuk melihat, apa saja yang dilakukan polisi. "Mending, Ibu istirahat di rumah saja. Kami akan kejar penjahatnya."

Tags :
Kategori :

Terkait