Ada banyak rekan Dahlan di Surabaya yang tertarik dengan bisnis nikel itu. Ada yang baru rencana, sudah berinvestasi, ada pula yang tertipu ratusan miliar. Namun ia melihat Industri Nikel tetap sebagai potensi besar 2022.
Investor asal Tiongkok sudah membangun 60 pabrik sekaligus di Morowali. Sementara investor dalam negeri baru satu pabrik. ”Bagi pengusaha yang telanjur membeli tambang di sana, menurut saya, sekarang mulai ada harapan,” katanya.
Sudah ditemukan teknologi baru di smelter. Sehingga pengolahan nikel lebih murah. Yang investasinya hanya sepersepuluh dari yang dilakukan di Morowali itu.
Pertumbuhan ekonomi pada Q-3 2021 telah mencapai 50 persen. Ekspor dari hasil pertambangan dan industri pengolahan mengalami perkembangan signifikan.
Sedangkan pertumbuhan impor juga tinggi. Dahlan prihatin impor untuk barang konsumsi nasional masih sangat tinggi. Untungnya sektor bahan baku dan penolong sudah mulai naik lagi hingga 53,61 persen. Artinya industri sudah mulai jalan.
Namun, dibalik angka-angka bagus itu terdapat kerumitan lokal yang harus dihadapi pengusaha. Misalnya salah satu investasi Industrial Estate di Lamongan. Semua izin beres. Tidak ada yang sulit.
Namun ,ada kerumitan yang sulit sekali diselesaikan. Ada anak seorang kepala desa yang memanfaatkan situasi. Harga salah satu petak tanah seluas satu hektar ditinggikan. Sehingga hancur semua harga tanah di sekitarnya.
Dahlan melihat kerumitan seperti itu sulit ditangani. Bahkan oleh pemerintah pusat, provinsi atau kabupaten. Investasi besar itu jadi mundur sangat lama.
Sudah ada upaya pemerintah memangkas investasi dengan omnibus law. Namun ternyata ada sektor lain yang jadi ganjalan. ”Minta maaf kepada Lamongan ini hanya contoh. Besar kemungkinan masalah ini terjadi di daerah lain,” kata Dahlan. (Salman Muhiddin)
ANGGOTA UC Family Entrepreneurship Center berfoto bersama Founder Harian Disway Dahlan Iskan