TEMPAT wisata menjadi pilihan masyarakat untuk menghabiskan waktu libur tahun baru. Salah satunya Alun-Alun Surabaya. Kemarin tempat tersebut dipenuhi para pengunjung.
Tempat itu sempat ditutup bulan lalu. Sebab, pemkot tidak menginginkan adanya penularan Covid-19 saat libur tahun baru. Tapi, mulai kemarin tempat itu kembali dibuka.
Salah seorang pengunjung Alun-Alun Surabaya, Fira Audina, senang dengan dibukanya kembali tempat wisata itu. Kemarin kali pertama dia mengunjungi tempat ikonik Surabaya tersebut. Menurutnyi, tempat itu sangat menarik. Apalagi, kemarin kebetulan ada pameran lukisan di sana.
Meski begitu, warga Wiyung itu menganggap masih banyak kekurangan. Terutama dalam penerapan protokol kesehatan (prokes). Fira paham hari libur memang membuat lokasi ramai. Tapi, tidak berarti pemerintah tak bisa mengawasi prokes.
"Tapi, ya, gimana lagi. Namanya juga liburan," ujarnyi.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, dan Olahraga Wiwik Widiati menjelaskan, sudah ada satuan tugas (satgas) yang memantau prokes masyarakat. Dia mengatakan, sudah ada batas maksimal pengunjung alun-alun. Dengan begitu, prokes di alun-alun dijamin aman.
Selain itu, alun-alun sudah memakai aplikasi PeduliLindungi. Dengan demikian, pengunjung yang datang sudah divaksin. ”Jadi, saya rasa aman, kok," ujar mantan kepala disperindag itu.
Selain alun-alun, Surabaya memiliki Tunjungan Romansa. Buka setiap akhir pekan malam. Tempat itu juga ramai dikunjungi masyarakat. Maklum, sedikit tempat wisata yang berkonsep jalan-jalan.
Wiwik mengatakan, ke depan Surabaya menerapkan konsep living heritage. Terutama pemanfaatan bangunan lawas. Misalnya, di daerah Jembatan Merah.
Bagi Wiwik, tempat tersebut sangat memiliki potensi. Apalagi, tempat tersebut bisa menjadi ikon baru di Surabaya. "Tapi, masih kami godok seperti apa ke depannya," ujarnyi.
Selain itu, wisata air bakal menjadi prioritas utama. Contohnya, wisata air Kalimas. Menurut Wiwik, tempat itu sangat berpotensi untuk menjadi tempat wisata baru sehingga makin memperbanyak pilihan wisata untuk masyarakat Surabaya.
Sementara itu, anggota Komisi D DPRD Surabaya Tjutjuk Supariono menjelaskan, selain tempat wisata, beberapa mal di Surabaya mengalami hal yang sama.
Tjutjuk mengatakan, satgas harus mengawasi pengunjung. Sayang, di beberapa mal di Surabaya, banyak satgas yang tidak ketat dalam mengawasi. Misalnya, saat scan barcode PeduliLindungi. Banyak petugas yang membiarkan pengunjung masuk tanpa men-scan barcode.
"Nah, ini yang bahaya. Sering terjadi. Jangan sampai alun-alun juga seperti itu," ujar politikus PSI tersebut.
Selain itu, Tjutjuk berharap tempat wisata Surabaya difungsikan lagi. Seperti museum yang selama ini ditutup.
Bahkan, ia berharap Kya-Kya juga bisa dibuka lagi. Yang penting, prokes tetap diterapkan secara ketat. "Kalau ketat, saya yakin Surabaya aman dari Covid-19," ungkapnya.