PASIEN Covid-19 yang terkonfirmasi Omicron terus bertambah. Kini total mencapai 333 pasien di Indonesia. Dari jumlah itu, 280 pasien merupakan pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Sisanya, 53 pasien, transmisi lokal.
Yang paling banyak secara kumulatif berasal dari Turki dan Arab Saudi. Para pasien Omicron itu punya riwayat gejala yang mirip. Hampir seluruhnya bergejala ringan seperti batuk dan pilek. Bahkan, banyak juga yang tanpa gejala.
”Sekitar 1 persen kasus saja butuh terapi oksigen,” ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Siti Nadia Wiweko kemarin (9/1). Sedangkan 4,3 persen lainnya punya komorbid. Contohnya, diabetes melitus dan hipertensi.
Dia merekomendasikan perubahan tata laksana perawatan. Khususnya bagi pasien asimtomatik dan bergejala ringan. Misalnya, dengan penambahan obat Molnupiravir dan Paxlovid.
Persebaran kasus Omicron itu terhitung cepat. Maka, program telemedicine di tempat isolasi terpusat perlu diaktifkan kembali. Dengan begitu, pasien dengan komorbid pada tingkat keparahan apa pun lebih mudah mendapatkan konsultasi. Penanganannya pun bisa lebih cepat.
”Kami minta di daerah agar memperkuat upaya 3T,” ujar Nadia. Satgas Covid-19 setempat harus lebih aktif memantau. Apabila ditemukan kluster baru, segera dilaporkan. Juga, dikoordinasikan dengan pemerintah pusat.
Sementara itu, kasus Omicron di Jatim belum bertambah. Hanya ada satu pasien yang terdeteksi pada Desember lalu. Kini kondisi pasien sudah tanpa gejala. Bahkan, masa isolasinya di salah satu rumah sakit swasta berakhir hari ini.
Lalu, apakah si pasien sudah bisa keluar?
”Akan diperiksa lagi, baru setelah itu bisa diputuskan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Erwin Astha Triyono saat dikonfirmasi kemarin. Si pasien bakal dites ulang PCR dua kali dalam waktu yang berbeda. Apabila kedua hasilnya negatif, artinya aman.
Dengan demikian, masa inang virus sudah selesai. Tidak bisa menulari ke yang lain. Pasien berinisial N itu adalah seorang perempuan berusia 56 tahun. Dia bepergian bersama suami ke Bali pada 20 Desember dan baru kembali ke Surabaya 25 Desember lalu.
Mereka bepergian lewat jalur darat dan laut dengan mobil pribadi. ”Tidak ada riwayat bepergian ke luar negeri. Kemungkinan besar kasus transmisi lokal,” ungkap Erwin.
Setiba di rumah, 28 Desember, dia merasa sakit tenggorokan. Lalu, berinisiatif periksa ke dokter di rumah sakit swasta di Surabaya. Dilakukan tes PCR dengan hasil positif. Pemeriksaan lebih lanjut dengan WGS menunjukkan hasil positif Omicron. Pasien harus diisolasi minimal 14 hari sejak waktu pemeriksaan tersebut. (Mohamad Nur Khotib)