KENYATAAN pahit menimpa Suroboyo Carnival Park (SCP). Wahana bermain itu bangkrut dan terpaksa tutup sejak awal pandemi Covid-19. Padahal, taman rekreasi di kawasan Dukuh Menanggal itu sempat menjadi magnet Kota Pahlawan. Tepatnya saat awal dibuka pada 2014.
”Jalanan sampai macet. Pintu masuk juga sampai ditutup polisi,” kata seorang penjaga kantin di markas Korem 084/Bhaskara Jaya. Pengunjung membeludak di luar ekspektasi. Sayangnya, masa kejayaan itu tak berlangsung lama. Hanya hingga tahun kedua.
Hadi Arsa pun menjadi saksi masa kejayaan hingga masa kelamnya SCP. Menurutnya, SCP sepi pengunjung pada tahun ketiga. Sejak itu, pengelola dan jajaran manajemen mulai memutar akal. Mereka membuat inovasi-inovasi untuk menarik para pengunjung.
”Di tahun 2018, saya keluar. Itu sudah mulai disediakan tempat-tempat bagus untuk berswafoto,” ujar mantan supervisor SCP selama empat tahun itu.
Misalnya, taman bunga tulip, sewa kostum baju khas Eropa, dan suasana luar negeri lainnya.
Namun, inovasi-inovasi itu sebetulnya bertolak belakang dengan konsep awal SCP. Yakni, tentang penyuguhan karakter khas Surabaya. Itu bisa dibuktikan dengan berbagai wahana yang dinamai dengan bahasa Suroboyoan.
SCP ingin menjadi cermin khas warga Surabaya. Seperti halnya Jakarta yang punya Ancol. Atau, anjungan-anjungan lain di Kalimantan. Tujuannya, para pengunjung mendapat pengalaman khas tentang Surabaya.
Oleh karena itu, tersedia Galeri Suroboyo di sana. Satu ruang yang menyajikan berbagai nilai dan karakter Surabaya. Mulai duplikasi gapura Kampung Kya-Kya, Kampung Arab, hingga Pecinan. ”Itu cermin bahwa Surabaya termasuk kota multietnis,” jelas Arsa.
Ada juga yang paling unik. Yaitu, balon-balon yang ditempeli kata-kata khas Surabaya seperti ”Makmu Kiper”. Yang tak kalah menarik juga tersedia dummy lontong balap dan rujak cingur. Menunjukkan bahwa makanan khas Surabaya umumnya berbahan dasar petis.
Berbagai suguhan itu dimaksudkan agar para pengunjung benar-benar mengalami suasana Surabaya. Ternyata nasib berkata lain. Karakter Suroboyo tak cukup laku terlalu lama. SCP hanya mampu bertahan 6 tahun. Itu pun dengan upaya menggeser konsep di tengah jalan. ”Banyak inovasi yang sudah dibuat, tapi tidak terlalu ngefek juga,” jelas Arsa. (Mohamad Nur Khotib)