Siapa Penembak Brigadir Mallaby? 

Kamis 20-01-2022,14:03 WIB
Editor : Doan Widhiandono

Versi lain terdapat dalam buku Sumarsono: Pemimpin Perlawanan Rakyat Surabaya 1945 yang Dilupakan . Tertulis bahwa Mallaby berkeliling Surabaya bersama Kapten H. Shaw, Kapten R. C. Smith, dan Kapten T. L. Laughland sebelum mobilnya meledak.

Saat itu, masih ada dua lokasi yang memanas. Yakni Gedung Lindeteves di Jembatan Semut dan Gedung Internatio di Jembatan Merah. 

Ketika rombongan Biro Penghubung tiba di halaman gedung tersebut, massa segera mengerumuni. Setidaknya ada 500 pejuang yang mengepung gedung itu.

Saat dijelaskan sedang ada gencatan senjata, mereka langsung patuh. Ketika mobil Mallaby baru bergerak sekitar 90 meter, sekelompok massa lain datang menghadang.

Kelompok itu dianggap tidak kooperatif. Pedang terhunus, pistol dan senapan diacungkan. Masa Para pemuda itu meminta pasukan Inggris menyerahkan senjata dan berbaris keluar. 

Mayor K. Venu Gopal yang memimpin pasukan di Internatio juga menceritakan kejadian itu dalam suratnya ke J.G.A Parrot pada 8 Agustus 1974..

Gopal mengizinkan tiga pemuda masuk. Mereka adalah Smith, Mohammad, dan Kundan. Harapannya, Inggris bisa mengulur waktu. Namun para pemuda lain yang bersenjata mendesak untuk masuk. Gopal tak punya pilihan kecuali mengawali serangan. 

“Dari kesaksian orang Indonesia atau Inggris sendiri dapat kita simpulkan, yang memulai tembakan adalah pihak Inggris,” kata Ady. Tapi apa pun alasannya, Inggris tidak mau tahu. Kematian Mallaby jadi alasan untuk membombardir Surabaya.

Pihak Indonesia menghindari pertempuran lanjutan. Itu bisa diketahui dari Surat Gubernur Soerjo ke Mayor Jenderal Mansergh yang menggantikan Mallaby.

Gubernur Suryo khawatir ada banyak korban berjatuhan. Surabaya padat penduduk. Ia menawarkan pembentukan komite bersama pencari fakta untuk menyelidiki siapa yang membunuh Mallaby. Inggris menolak. Meletus lah pertempuran 10 November 1945 yang diawali dengan ultimatum pihak sekutu sehari sebelumnya. 

  Ady menyinggung pidato Bung Tomo yang membakar semangat arek-arek Suroboyo pada pertempuran 10 November. Dari kalimatnya, ia juga tidak ingin pihak Indonesia menyerang duluan. 

Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah keadaan genting! Tetapi saya peringatkan sekali lagi. Jangan mulai menembak. Baru kalau kita ditembak, maka kita akan ganti menyerang mereka. Itulah, kita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka. (Salman Muhiddin)

 

Tags :
Kategori :

Terkait