Beri Pelajaran Mendidik Anak
DARI empat film yang akan kami tonton pekan ini, yang terpilih adalah The Tender Bar. Kami bersyukur. Karena pilihan ini membawa kesenangan bagi kami semua. Ini adalah film yang sangat bagus, tentang seorang anak kecil menuju usia dewasa (coming of age). Drama keluarga ini membawa nuansa kehangatan berkat mood yang dibangun apik melalui warna film, dialog, nuansa keseluruhan, dan pemilihan lagu-lagunya.
The Tender Bar adalah film yang enak dinikmati dan perlu. Sebuah judul yang mirip slogan majalah tanah air terkenal. Sengaja kami ubah supaya juga membawa nostalgi pada era lampau. Sering kali kejadian di masa lampau itu menguatkan kita, saat mengambil keputusan, yang kita sebut sebagai pengalaman.
Grup Hobby Nonton—jika kami boleh menceritakan sedikit—dibentuk dari kesenangan beberapa orang akan film-film (tidak melulu blockbuster), membicarakannya bersama, kemudian kami catat. Agar bisa menjadi referensi bagi kami, atau kadang untuk didiskusikan ulang manakala ada kemiripan dengan film-film yang baru.
Dua hal itu, pengalaman dan referensi sangatlah penting bagi siapa saja, dapat diwariskan secara lisan dan tulisan, tak peduli apakah akan ada yang ’’menangkapnya’’ atau tidak. Bagi yang menangkap, biasanya saat menghadapi sebuah masalah akan teringat akan pelajaran itu.
Nah, The Tender Bar membawa unsur tersebut ke dalam film. Si kecil JR bersama pamannya Charlie belajar bersama dalam kehidupan mereka sebagai keluarga. JR banyak mendapat pengajaran dari sang paman, dan sang paman belajar menjadi orang dewasa yang harus mengajar anak kecil agar si anak bertumbuh dengan baik. Sebuah hubungan timbal balik yang indah.
Segala keindahan yang dituang ini membuat saya trenyuh dan sesekali tersenyum simpul. Saya tidak akan menceritakan kondisi masa lalu saya, karena itu akan membosankan pembaca. Tapi memang film ini mengingatkan banyak hal. Sebagai ayah dari seorang anak laki-laki, film ini memberikan banyak pelajaran bagaimana mendidik anak. Terima kasih George Clooney!
Wimpie, karyawan swasta
Mengingatkan pada Good WIll Hunting
The Tender Bar adalah sebuah film yang sangat menyenangkan untuk dinikmati. Ringan dan membawa nuansa nostalgia. Saya jadi teringat film karya Ben Affleck dan Matt Damon, Good Will Hunting (1997). Bahkan Ini seakan seperti sekuelnya. Walau memang jelas bukan.
Kalau saya mau berandai-andai. Karakter Will di Good Will Hunting memang sudah pergi meraih mimpinya meninggalkan Boston. Tapi sahabat-sahabatnya masih tertinggal di pinggiran kota besar tersebut. Paman Charlie di The Tender Bar seperti versi dewasa Chuckie, sahabat Will, diperankan juga oleh Ben Affleck dengan sangat baik. Bahkan ini mungkin yang terbaik sepanjang karirnya.
Dari dulu, saya tidak melihat Affleck sebagai aktor watak yang bagus. Bahkan tak sebagus adiknya, Casey Affleck. Ben cukup beruntung dengan semua karakter yang pernah ia mainkan. Tapi kali ini performanya sangat menyita perhatian. Bahkan sedikit menutupi kekurangan film ini. Yang begitu sangat datar.
Film ini memang menyenangkan. Tapi tangga dramatiknya sama sekali tak ada. Tidak ada emosi yang diacak-acak. Saking ringannya, hanya satu letupan emosi di penhujung film. Itu saja hanya sekelebat, tidak membekas sama sekali. Bahkan sejujurnya, tidak ada konflik yang dihadirkan. Seakan semuanya baik-baik saja. Berjalan dengan santai, tenang, dan terukur dengan baik.
Saya tak yakin ini persoalan naskah. Karena film ini diambil dari memoir penulis pemenang Pulitzer, JR. Moehzinger. Justru saya curiga ini memang porsi yang diinginkan sutradara George Clooney. Semenjak Good Night and Good Luck (2005), tidak ada film karyanya yang terbilang bagus.