SETELAH pemerintah menetapkan harga minyak goreng Rp 14.000 per liter pada Kamis (20/1), masyarakat merespons positif. Sebab, sebelumnya masyarakat mengeluhkan tingginya harga minyak goreng yang mencapai Rp 20.000 per liter.
Namun, kebijakan pemerintah menetapkan harga minyak Rp 14.000 per liter tersebut kini berdampak seperti bumerang. Pasca penetapan harga, terjadi panic buying di masyarakat. Sampai akhirnya stok minyak goreng ukuran 1 liter di pasar maupun minimarket di sejumlah wilayah di Kota Surabaya langka.
Imbasnya, sebagian masyarakat bingung mendapatkan minyak goreng. Misalnya, Lia, warga Babatan, Wiyung, Surabaya. Dia sejak Jumat (21/1) sulit mendapatkan minyak goreng. Sebab, rata-rata minimarket sudah kehabisan stok minyak goreng. ”Ini tadi barusan ngecek lagi juga, masih belum ada minyaknya,” lanjutnya.
Guna keperluan dapur, Lia biasa menggunakan minyak goreng kemasan daripada minyak curah. Meski demikian, wanita 47 tahun itu mengatakan masih punya cadangan stok minyak goreng untuk sepekan ke depan.
”Gak pernah pakai curah. Biasa yang 2 apa 1 liter ini (minyak goreng kemasan merek tertentu, Red). Cari buat jaga-jaga," ungkap Lia.
Masyarakat yang memborong minyak goreng membuat penjual di salah satu minimarket terpaksa mengeluarkan aturan dengan membatasi pembelian dalam jumlah besar. Aturan itu diterapkan setelah pemerintah memberlakukan harga minyak goreng Rp 14.000 per liter.
Itu, antara lain, disampaikan pegawai minimarket Adistya.
”Kan banyak yang beli seliteran, terus habis. Kemudian, beli yang 2 liter semua," tambahnya, Minggu (23/1).
Sementara itu, Fina, warga kawasan Banyuurip, mengatakan, dirinyi berhasil mendapatkan minyak goreng meski harus membeli jauh dari tempat tinggalnyi.
”Dapat minyak di daerah Tidar. Di grosir (nama salah satu supermarket, Red), kalau di minimarket sekitar sini kosong semua. Di Tidar kalau carinya di minimarket ya gak ada,” kata Fina.
Dia memilih membeli di wilayah yang agak jauh karena belum tahu kapan pastinya stok minyak goreng di minimarket dekat rumahnyi tersedia.
”Waktu belanja itu mamaku tanya ke mbak kasir, tapi gak dikasih tahu. Kayak dirahasiakan, biar gak diborong lagi kali ya,” terangnya.
Meski mendapatkan minyak goreng, Fina menceritakan bahwa dirinyi tak serta-merta bisa membeli banyak. Pasalnya, pihak grosir memberikan batasan pembelian minyak goreng maksimal 2 buah untuk kemasan 1 liter atau 1 buah untuk kemasan 2 liter setiap orang.
Aturan itu dibuat pihak grosir agar tak terjadi penimbunan dengan memborong minyak goreng dalam jumlah besar. Oleh karena itu, Fina menyiasati dengan mengajak keluarga dan beberapa orang untuk berbelanja minyak goreng.
”Aku waktu belanja sama mama. Bawa sendiri-sendiri ke kasirnya, soalnya dibatasi maksimal 2 liter per orang," ucap wanita yang juga membuka toko kelontong di rumahnyi itu.