Gus Yahya pernah bercerita, keduanya sempat berduet dalam kongres IPNU ketika masih sama-sama jadi pelajar. ”Tapi, waktu itu kita salah hitung sehingga kalah. Saipul (cara ia panggil Gus Ipul) gagal jadi Ketum," katanya, lantas tertawa.
Ia berdua selalu bersama dalam berbagai fase perjalanan khidmah keduanya. Hubungan keduanya tidak pernah cela. Baik ketika mereka berdua sedang dalam ladang perkhidmatan maupun tidak.
Dalam setiap muktamar NU, keduanya selalu dalam satu barisan. Mulai Muktamar Makassar, Jombang, dan Lampung. Bahkan, di Lampung, Gus Ipul menjadi komandan lapangan pemenangan Gus Yahya.
Keduanya bisa disebut seperti dua mata koin dalam setiap tonggak sejarah NU. Karena itu, penunjukan Gus Ipul sebagai Sekjen PBNU bisa memperkuat langkah perwujudan visi Gus Yahya dalam membawa gerbong NU di tengah perubahan.
Gus Yahya sebagai ketua umum PBNU akan menjadi produsen gagasan dan strategi. Sedangkan Gus Ipul yang menerjemahkan gagasan dan strategi itu dalam praktik di lapangan. Gus Yahya CEO-nya, sedangkan Gus Ipul direktur operasionalnya.
Kita bisa berharap gerbong NU akan melaju lebih kencang. (*)