Asap Dapur Mengepul dari Kepala Kecil

Sabtu 19-02-2022,22:27 WIB
Editor : Doan Widhiandono

Budiono tidak mempelajari karakter wayang potehi secara khusus. Ia juga tidak belajar filosofi di balik karakter wajah tersebut. Yang jelas, ia melihat contoh kepala wayang potehi yang sudah pernah ada, lalu mencontohnya.

Namun, Budiono juga tak mau terlalu terpaku. Sebab, yang dihasilkannya adalah karya seni. Yang satu dengan yang lain pasti terdapat secuil perbedaan karena dihasilkan dengan tangan. Bukan barang cetakan.

Budiono dengan peranti dan kepala wayang potehi yang sudah dibuatnya.
(Foto: BOY SLAMET-HARIAN DISWAY)

Budiono tak pernah memaksa diri untuk menjadi mesin produksi kepala wayang potehi. Baginya, kepala-kepala kecil itu tetaplah sebuah karya seni yang harus lahir dari hati. Bukan semata-mata mengejar target produksi.

Karena itu, ia sulit menjawab ketika ditanya tentang produktivitas kerjanya. ’’Tergantung pemikiran, Mas,’’ ujar Budiono. ’’Tergantung mood , ya ? Ya, seniman kan seperti itu,’’ ucap Toni.

Meski begitu, setidaknya ada patokan sederhana yang bisa dipakai oleh Budiono. ’’Setiap hari, saya kerja jam 8 pagi sampai 4 sore, itu bisa dapat 1 kepala. Kalau dua hari, bisa selesai tiga. Kira-kira seperti itu, lah ,’’ katanya.

Dalam sebuah jagat besar wayang potehi, orang-orang seperti Budiono memang tidak seketika dipandang sebagai pelestari kesenian khas Fujian, Tiongkok, tersebut. Padahal, perannya juga tidak kecil. Dari tangannya kepala-kepala boneka wayang potehi itu terus lahir.

Dan Budiono memang tidak secara langsung mengatakan bahwa kegiatannya itu untuk melestarikan wayang potehi. ’’Ya ini pekerjaan. Buat penghasilan,’’ ucapnya.

Memang, kepala-kepala wayang itu bisa mengepulkan asap dapurnya. Dalam sebuah sistem berantai, ada sangat banyak dapur-dapur lain yang asapnya juga ikut mengepul… (Doan Widhiandono)

Edisi sebelumnya: Peka pada Kepala-Kepala

Budiono memotong balok kayu menjadi kepala wayang potehi.
(Foto: BOY SLAMET-HARIAN DISWAY)

Tags :
Kategori :

Terkait