Setelah lomba itu, lukisan Najib makin diminati. Salah satunya datang dari sebuah perusahaan kosmetik di Jakarta. Timnya langsung datang ke rumah Najib untuk memboyong dua belas lukisan. ”Itu orderan terbesar saya lho,” tuturnya.
Sebelum itu, lukisan alumni UINSA Surabaya Jurusan Studi Agama-agama itu juga diminati pejabat di Lamongan. Seperti dua lukisan tentang idolanya, Gus Dur. Baginya, Gus Dur adalah bapak pluralisme yang tiada bandingan.
”Orangnya toleran. Saya memelajari sosoknya ketika kuliah. Lukisan berjudul Gitu aja Kok Repot dan Pluralisme itu sudah dikoleksi mantan Wakil Bupati Lamongan Dra Hj Kartika Hidayati MM MHP,” katanya.
Selain menerima orderan langsung, Najib berpromosi lewat media sosial. Utamanya Instagram yang pada masa kini menjadi salah satu teknik promosi yang cukup efektif. Telah beberapa kali ia mendapat pesanan lewat media sosial tersebut.
Sejak itu pula, Najib mulai berani mengikuti pameran demi pameran seni rupa. Di tengah pencarian tentang karakter lukisannya, Nazib merasa terdukung ketika karyanya yang berjudul Eseme Ati, dianggap oleh sesama pelukis, cukup kuat mempresentasikan dirinya.
Dibandingkan lukisan Mona Lisa yang dilukis pada 1503, versi Nazib atas lukisan tersebut memang punya keunikan. Dalam lukisan itu, Najib memarodikan lukisan Mona Lisa karya Leonardo Da Vinci. Bagian kepala Mona Lisa sengaja digantinya dengan kepala Mr Bean. Tokoh komedi ternama yang diperankan oleh Rowan Atkinson.
”Padahal lukisan itu saya buat saat iseng. Waktu itu pandemi. Saya ingin menertawakan keadaan lewat figur Mr Bean sebagai Mona Lisa,” terang pria 29 tahun itu.
Sebenarnya bukan main-main yang ingin ditonjolkan Nazib. Ia hendak berpesan. Ketika semua dibatasi, termasuk ruang gerak, maka satu-satunya hal yang bisa dilakukan adalah tertawa. ”Tertawalah sebelum tertawa itu dibatasi,” tambahnya.
Eseme Ati menjadi makin menarik karena Najib menyematkan simbol bintang merah di dada figur parodi Mona Lisa. Bintang merah adalah simbol ideologi komunis atau sosialisme. Ideologi tersebut bertentangan dengan kapitalisme.
Najib menunjukkan kelemahan sistem ekonomi kapitalisme ketika bersentuhan dengan fenomena pandemi. Justru, negara pertama yang menjadi episentrum pandemi adalah Tiongkok, sebagai negara sosialis.
Tapi setelah pandemi usai, negara-negara berideologi tersebut, baik Tiongkok maupun Rusia malah lebih cepat bangkit dan membangun ekonominya kembali. Melebihi negara-negara lain.
”Ke depan, saya ingin lebih menggeluti lukisan-lukisan semacam itu. Mungkin lebih ke pop art, ya. Untuk itu saya sedang lebih banyak mengamati karya Andy Warhol. Maestro seni rupa yang dijuluki ’The King of Pop Art’ itu,” ungkapnya. (Heti Palestina Yunani-Guruh Dimas)