Guru Besar hanya untuk Kampus Besar?

Selasa 22-02-2022,23:46 WIB
Oleh: Doan Widhiandono

Seumpama diambil rata-rata, mungkin insentif dosen kampus besar dalam menulis di jurnal terindeks Sinta 2 bisa Rp 5 juta, Scopus Q3 Rp 15 juta, Scopus Q2 Rp 25 juta, Scopus Q1 Rp 50 juta. Dengan dana insentif tersebut, seorang dosen bisa lebih bersemangat untuk menulis artikel di jurnal internasional bereputasi. Selain karena merasa cukup untuk biaya translate, proofread , dan mungkin biaya publikasi, dosen merasa lebih dihargai dengan adanya insentif tersebut.

Bagaimana dengan nasib dosen di kampus kecil? Pertanyaan itu cukup pilu untuk dijawab. Di kampus kecil, biasanya tidak ada insentif bagi dosen yang menulis di jurnal ilmiah. Seandainya ada, itu pun tidak cukup untuk membayar biaya translate, proofread , dan biaya publikasi.

Jadi dosen di kampus kecil, memang harus kerja keras dan lebih kreatif. Termasuk berani berkorban biaya sendiri untuk mendanai publikasi di jurnal internasional bereputasi sebagai salah satu syarat pengajuan guru besar. 

Akhirnya, semoga kesenjangan antara dosen kampus besar dengan dosen kampus kecil bisa diperkecil dengan terbangunnya kolaborasi antar keduanya dalam penulisan artikel ilmiah. Begitupun pemerintah yang diharapkan bisa lebih memperhatikan dosen di kampus kecil. Karena mahasiswa di kampus kecil juga ingin dididik oleh guru besar yang berasal dari almamaternya sendiri. Lembaga pun berkepentingan mempunyai guru besar untuk meningkatkan nilai akreditasi program studi dan institusinya. Bagaimanapun, kampus kecil juga punya peran dan sumbangsih dalam ikut mencerdaskan anak bangsa. (*)

*) Penulis:

Akhirul Aminulloh
Dosen Komunikasi Politik
Universitas Tribhuwana Tunggadewi, Malang

Tags :
Kategori :

Terkait