WHO Prediksi Pandemi Berakhir Tahun Ini

Senin 14-03-2022,08:26 WIB
Editor : Redaksi DBL Indonesia

SUDAH dua tahun lebih dunia dihantam pandemi. Covid-19 dengan berbagai varian juga sudah tiga kali menimbulkan tiga gelombang besar penularan. Kini situasi membaik. Terjadi tren penurunan kasus di segala penjuru dunia. Prediksi kapan pandemi akan berakhir pun bermunculan.

Presiden Global Pfizer Vaccines Nanette Cocero memprediksi pandemi masih lama. Baru tuntas dua tahun lagi pada 2024. Prediksi yang diucapkan pada Desember 2021 itu kembali ia tegaskan Februari lalu.  "Kami percaya Covid-19 akan bertransisi ke keadaan endemi 2024," katanya seperti dikutip dari CNBC Internasional.

Endemi merupakan tahapan saat pandemi berakhir. Virusnya masih ada, namun hanya muncul di wilayah dan musim tertentu. Sama seperti wabah demam berdarah dengue (DBD), malaria, tuberkulosis, hepatitis, kusta, leptospirosis, hingga filariasis (kaki gajah).

Endemi bisa terjadi apabila terjadi kekebalan pada populasi masyarakat dunia. Selain itu kasus penularan, rawat inap dan kematian juga harus terkendali. Saat RS di seluruh dunia tidak kewalahan melayani lonjakan kasus, maka Covid-19 bisa dikatakan telah beralih ke endemi.

Prediksi Cocero didasarkan pada evolusi penyakit, efektivitas vaksin, serta distribusinya. Masih banyak tempat yang belum terjangkau vaksin.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus punya pendapat lain. Menurutnya fase pandemi bisa berakhir tahun ini. “Syaratnya vaksinasi dunia harus 70 persen pada pertengahan tahun ini. Sekitar Juni atau Juli,” ujar Tedros seperti dikutip dari Al Jazeera kemarin (13/3).

Capaian vaksinasi dosis pertama dunia sudah mencapai 4.999.997.559. Nyaris 5 miliar penduduk dunia sudah mendapat imunisasi. Jumlahnya setara 64,1 persen dari total populasi dunia.

Sedangkan yang sudah mendapat dosis lengkap mencapai 4.459.717.490 atau setara 57,2 persen populasi dunia. Sebanyak 18,7 persen penduduk dunia juga telah menerima vaksin booster. Atau setara 1.454.827.348 jiwa.

Kekebalan juga didapat dari penduduk yang tertular: 452 juta jiwa per 13 Maret 2022 (lihat grafis). Amerika, India dan Brazil menjadi tiga penyumbang terbesar kasus penularan. Sedangkan Indonesia ada di peringkat 17.

Grafik penularan dunia juga mulai melandai meskipun masih ada beberapa negara yang baru bergelut dengan Omicron. Misalnya New Zealand. Penambahan kasus harian omicron di sana mencapai 14.494 kasus. Delapan orang meninggal. Itulah rekor kasus tertinggi New Zealand sejak awal pandemi.

Serangan Covid-19 memang berbeda setiap negara maupun kota. Afrika Selatan telah lebih dulu keluar dari Omicron pada Desember 2021. Sedangkan di Jakarta kasusnya melandai sejak pertengahan Februari. Sedangkan di Surabaya baru melandai di awal Maret.

Tenaga Ahli Bidang Penanganan Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr Andani Eka Putra lebih sepakat ke prediksi WHO ketimbang bos Pfizer. Menurutnya penduduk dunia sudah lebih siap ketimbang tahun lalu. “Vaksinasi baru mulai tahun lalu. Kalau sekarang kondisinya jelas beda, lah,” ujar Andani kemarin.

Total vaksinasi dosis pertama Indonesia mencapai 92,88 persen dari sasaran atau 193.427.015 jiwa. Sedangkan dosis keduanya sudah menembus 72,7 persen atau setara 151.412.614 jiwa. Capaian vaksinasi 70 persen yang disarankan WHO sudah terpenuhi sejak 5 Maret lalu.

Jika situasi sudah kondusif, apakah kita masih perlu vaksin booster? Capaian vaksin dosis ketiga Indonesia itu baru 7,02 persen atau setara 14.619.790 jiwa. “Vaksin akan terus jalan,” ujar Andani.

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang sudah tertular omicron? Mereka tetap boleh divaksin sesuai derajat keparahannya. Pasien dengan gejala berat baru diperbolehkan mendapat booster setelah 3 bulan sembuh. Sedangkan yang gejala ringan atau tanpa gejala bisa disuntik setelah 1 bulan sembuh.

Tags :
Kategori :

Terkait